Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Surat kepada Dunia

Kompas.com - 29/06/2016, 11:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Jika ada orang kecil bagi Bung Karno, maka tak ada Marhaen di negeri ini. Jika ada orang kecil baginya, maka takkan ada Sarinah bagi kita. Jika ada orang kecil, tak juga ada Riwu Ga dan Darham dalam sejarah kita. Bahkan Sariko, sipir Belanda yang bertugas menjaganya di Banceuy, jatuh cinta pada revolusi.

Bung Karno malah dengan sadar mengajak para pelacur Kota Kembang menjadi agen rahasianya dalam pendirian Republik--sebelum dibuang Belanda ke Endeh. Masih dalam rangkaian pembuangan, di Padang pun ia mengajak dan mendidik barisan pelacur untuk mengelabui tentara Jepang.

Maka menjadi wajar ketika Bung Karno telah didapuk selaku presiden, fotonya dipajang secara terhormat di kamar rumah-rumah bordil. Bapak kita mafhum. Sebab para pelacur itulah penyumbang dana bagi perjuangannya ketika masih memimpin Partai Nasional Indonesia di Bandung.

Sejarah telah membuktikan kemampuan unik Bung Karno membesarkan siapa pun orang yang berdekatan dengannya. Ia tak hanya rela didekati. Lebih dari itu, menerima dengan lapang dada dan hati yang terbuka.

Manusia sejati

Bung Karno tak pernah percaya bahwa kemiskinan adalah takdir manusia. Ia tahu betul, keserakahan kolonialisme adalah ujung pangkalnya.

Sejak kecil ia telah terbiasa makan satu kali dalam sehari. Menunya adalah ubi kayu, jagung tumbuk, dengan makanan sederhana yang lain. Bahkan ibunya tak mampu membeli beras murah yang biasa dibeli oleh petani. Ia hanya bisa membeli padi.

Setiap pagi, Idayu mengambil lesung dan menumbuk. Tak henti-hentinya menumbuk butiran-butiran berkulit itu sampai menjadi beras seperti yang dijual orang di pasar, kendati telapak tangannya memerah dan melepuh.

Dengan melakukan itu, Idayu bisa menghemat uang satu sen. Berbekal uang satu sen itu ia dapat membeli sayuran. Semenjak hari itu dan seterusnya, selama beberapa tahun kemudian, setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, Sukarno harus menumbuk padi untuk ibunya.

Sulur kemelaratan yang mendera keluarga Sukarno, menyebabkan ia akrab dengan kepahitan hidup. Ia telah sangat terbiasa tak memiliki apa pun selain ibunya. Ia melekat pada Idayu karena perempuan mulia itulah satu-satunya sumber pelepasan kepuasan hatinya.

Idayu juga perempuan pemberani. Ia pernah mendamprat para pejuang yang bersembunyi di belakang rumahnya, di Blitar. Ikhwal mereka hanya bisa tiarap dan tak melakukan penyerangan sama sekali untuk menghancurkan tentara Belanda.

"Ia adalah ganti gula-gula yang ada di dunia ini. Yah, ibu mempunyai hati yang begitu besar dan mulia," kenang Bung Karno.

Bapaknya, seorang guru yang keras. Sekali pun sudah berjam-jam belajar, ia masih tega menyuruh Sukarno kecil terus belajar sampai pusing dan kelelahan. Perpaduan sempurna inilah sumber kebesaran hatinya membina rakyat yang kelak ia perjuangkan.

Kendati dililit kemelaratan hidup, bunga kasih sayang masih mengelilingi Bung Karno. Ia pun insyaf, bahwa kasih sayang menghapus segala keburukan. Hasrat mencintai telah menjadi salah satu kekuatan pendorong dalam hidupnya, kelak di kemudian hari.

Atas dasar itulah, ia membenci segala bentuk penjajahan bangsa oleh bangsa lain. Bung Karno bertekad menghapusnya dari muka dunia, dan itikad itu telah ia buktikan dalam sejarah manusia.

Omah Prabata, 21 Ramadhan 1437 H

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com