Keduanya mengembangkan alat komunikasi yang pada prinsipnya adalah berupa sebuah sistem yang terdiri dari transmitter (pemancar) dan sebuah receiver (penerima).
Alatnya sendiri dikenal sebagai sebuah alat yang cukup unik mirip sebuah alat pemukul yang digunakan untuk mengetuk. Ketukan itulah yang memberikan kode-kode titik dan garis yang kemudian diterjemahkan untuk dapat diterima sebagai berita.
Sejak itu kode morse telah digunakan luas di seluruh dunia sebagai alat berkomunikasi yang sangat cepat dan efisien. Alat ini dikenal sebagai radio telegrafi yang menggunakan kode morse.
Radio telegrafi menggunakan morse code ini telah menjadi peralatan komunikasi yang sangat vital sejak berlangsungnya Perang Dunia kedua. Kode Morse telah digunakan lebih dari 160 tahun, sebuah rekor yang tidak mungkin dipecahkan oleh sistem manapun dalam penggunaan kode elektris sebagai sebuah sistem komunikasi.
Peralatan tersebut terutama sekali dipergunakan oleh kapal-kapal perang untuk berhubungan dengan pangkalan induknya dan atau juga digunakan sebagai alat komunikasi antar kapal perang.
Kode Morse masih tetap digunakan sebagai standar internasional dalam masyarakat maritim dunia, setidaknya dalam penggunaan distress message, pesan keadaan darurat sampai dengan tahun 1999.
Setelah itu kode morse tidak digunakan lagi menyusul modernisasi komunikasi yang kemudian dikenal sebagai Global Maritime Distress Safety System yang sudah menggunakan satelit dan sistem digital.
Tidak banyak orang menduga atau mengantisipasi bahwa kode morse yang sudah terbukti efisiensinya akan begitu cepat menghilang diganti oleh teknologi yang jauh lebih modern.
Sampai pada tahun 2015 yang lalu USAF, Angkatan Udara Amerika masih menjaga keberadaan kode morse yang fenomenal itu dengan tetap melatih 10 anggotanya setiap tahun untuk tetap menguasai kode morse.
Para penggemar radio amatir pada umumnya mengenal dan menguasai Internasional Morse Code ini. Salah satu persyaratan untuk memperoleh lisensi bagi penggemar radio amatir adalah harus memiliki kemampuan minimal menangkap lima huruf per menit.
Itu sesuai dengan standar yang diharuskan oleh penggemar radio amatir di Amerika Serikat yaitu yang mengacu kepada regulasi dari Federal Communication Comission.
Kode Morse juga telah dipergunakan secara luas sebagai alat bantu komunikasi bagi para penderita disabilitas.
Para tuna netra dapat dengan lebih mudah menggunakan pendengarannya untuk berkomunikasi. Demikian pula para penderita tuli bisu, dapat memanfaatkan kode morse dalam bentuk visual yang digunakan sebagai alat berkomunikasi.
Masih banyak lagi kode morse digunakan dalam aspek kehidupan umat manusia di permukaan bumi ini. Mungkin Samuel FB Morse tidak menduga sama sekali bahwa hasil temuan dan namanya (morse) itu nyaris menjadi abadi, bermanfaat dan digunakan secara luas di seluruh dunia.
Itulah refleksi dari sebuah kehidupan, seperti yang dikatakan oleh seorang motivator kenamaan, Dennis P Kimbro bahwa : “Life is 10% what happens to us and 90% how we react to it.”
Sebagai penutup dan akhir dari tulisan ini, perlu disampaikan bahwa kode morse yang terkenal dan sering dibunyikan pada belakangan ini dan akan selalu terdengar di pertengahan dan menjelang akhir bulan ramadhan, bukanlah SOS ( … _ _ _ …) did did did da da da did did did akan tetapi THR (__…. . __..) da did did did did did da did did.
Ya, benar sekali ……..THR alias Tunjangan Hari Raya !
Jakarta 16 Juni 2016,
Chappy Hakim