Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Beri Kami Lahan Bertani karena Kami Sudah Tidak Punya Apa-apa Lagi"

Kompas.com - 08/06/2016, 21:44 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

Keluarga Ida pun pergi bersama eks anggota Gafatar yang lain untuk mengungsi karena takut.

"Kami minta waktu ingin jual barang tapi disuruh pergi. Ada kira-kira 20 orang yang datang ke rumah. Yang saya ingat mereka bilang, siapa suruh kalian datang ke sini," kata Ida.

Keluarga Ida pun mengungsi ke Moton Panjang. Mereka tinggal di sana selama 3 hari.

Pada hari pertama, para warga eks Gafatar dikumpulkan oleh aparat Polri dan TNI di sebuah aula.

Saat di penampungan, Ida mengaku diintimidasi oleh masyarakat sekitar yang sudah terprovokasi, menyuruh para pengungsi pergi dari Moton Panjang. 

Pada malam harinya, karena situasi tidak lagi kondusif, para pengungsi sempat dipindahkan dengan berjalan kaki menembus hutan untuk mencari tempat aman.

Mereka berjalan sejauh 1 kilometer tanpa lampu penerangan.

"Suasana seperti dibikin mencekam. Besoknya, sekitar pukul 15.00, massa membakar penampungan itu. Mobil kami juga ikut dibakar," kata Ida.

Ida menuturkan, selama proses evakuasi hingga tiba di Pulau Jawa, para warga eks Gafatar tidak diperlakukan dengan layak.

Mereka hanya diberi tempat tidur beralaskan tikar dan setiap hari hanya diberi makan mie instant serta sarden.

Ida mengaku sempat mengalami radang karena terlalu banyak makan mie instant.

Petugas yang menjaga di pengungsian, kata Ida, juga tidak menyediakan barang kebutuhan pokok untuk perempuan dan anak seperti pembalut dan makanan bayi.

Kristian Erdianto Rizka Amalia, warga eks Gafatar, saat memberikan keterangan di kantor LBH Jakarta, Rabu (8/6/2016), terkait kekerasan yang ia alami saat evakuasi paksa dari Kalimantan pada awal Januari 2016 lalu.
Trauma

Peristiwa yang hampir sama juga dialami oleh Rizka Amalia, warga asal Jakarta yang memutuskan pindah ke Kampung Mendung, Kalimantan Timur.

Saat diusir pada Februari 2016, ia harus mengungsi bersama suami dan kedua anaknya yang masih balita.

Selama pengungsian, ia harus hidup bersama dengan ratusan pengungsi lain dengan segala keterbatasan.

Sementara, ia juga harus memikirkan kebutuhan dasar anak-anaknya seperti memberikan ASI.

"Tinggal di semacam aula besar isinya ratusan orang. Mau menyusui susahnya minta ampun. Alas tempat tidur kamu cuma beralaskan terpal," tutur Rizka.

Trauma yang paling parah dialami oleh satu orang anaknya yang baru berumur satu tahun.

Rizka mengatakan, sejak peristiwa pengusiran dan akibat tinggal di pengungsian, anaknya mengalami trauma hebat dan sering menangis tiba-tiba jika melihat orang ramai.

Saat ini, anaknya menjadi lebih sering menangis dan tidak lagi ceria.

"Anak saya trauma melihat keramaian. Melihat orang ramai dia menangis. Sebelumnya dia ceria, mau digendong siapa saja. Anak saya tidak seperti dulu lagi. Saya hanya ingin anak saya kembali seperti dulu lagi," ungkap Rizka, dengan mata berkaca-kaca.

Baik Ida maupun Rizka, hanya ingin mendapatkan izin dari pemerintah agar mereka diperbolehkan kembali ke Kalimantan dan hidup menjadi petani.

Pasca evakuasi paksa, mereka mengaku kesulitan untuk kembali memulai hidup di daerah asal karena semua aset telah dijual.

Ida dan suaminya kini menetap kembali di Bogor dengan mengontrak rumah.

Suaminya memulai kembali usaha bengkel yang pernah dirintisnya sebelum pindah ke Kalimantan.

Sedangkan Rizka dan keluarganya mengontrak rumah dan menetap di daerah Kebon Jeruk.

"Kami tidak ingi hidup mewah. Kami tidak ingin pulang (ke Jawa). Kami ingin tetap bertani. Beri kami lahan. Karena kami sudah tidak punya apa-apa lagi," kata Ida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Optimis Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung, Gerindra Komunikasi Intens dengan PDI-P

Optimis Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung, Gerindra Komunikasi Intens dengan PDI-P

Nasional
Dibantu Tony Blair Institute, Indonesia Percepat Transformasi Layanan Digital Pemerintah

Dibantu Tony Blair Institute, Indonesia Percepat Transformasi Layanan Digital Pemerintah

Nasional
Senat Mahasiswa Driyarkara Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Kabulkan Sengketa Pilpres 2024

Senat Mahasiswa Driyarkara Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Kabulkan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Ditanya Progres Komunikasi dengan PKB dan PPP, Gerindra: Jos!

Ditanya Progres Komunikasi dengan PKB dan PPP, Gerindra: Jos!

Nasional
Ditanya Kemungkinan Gerindra Kembali Dukung Anies di Pilkada DKI, Gerindra: Anies Siapa?

Ditanya Kemungkinan Gerindra Kembali Dukung Anies di Pilkada DKI, Gerindra: Anies Siapa?

Nasional
Dituding Jadi Penghambat Pertemuan Megawati dengan Jokowi, Hasto: Apa Perlu Saya Bacakan Komentar Anak Ranting?

Dituding Jadi Penghambat Pertemuan Megawati dengan Jokowi, Hasto: Apa Perlu Saya Bacakan Komentar Anak Ranting?

Nasional
Survei LSI: Pemilih Anies dan Ganjar Tidak Puas dengan Penyelenggaraan Pemilu 2024

Survei LSI: Pemilih Anies dan Ganjar Tidak Puas dengan Penyelenggaraan Pemilu 2024

Nasional
Panglima TNI Minta Para Prajurit Tak Mudah Terprovokasi Berita-berita di Media Sosial

Panglima TNI Minta Para Prajurit Tak Mudah Terprovokasi Berita-berita di Media Sosial

Nasional
Anggota DPR Ihsan Yunus Irit Bicara Usai Diperiksa sebagai Saksi Kasus APD Covid-19

Anggota DPR Ihsan Yunus Irit Bicara Usai Diperiksa sebagai Saksi Kasus APD Covid-19

Nasional
Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Nasional
Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Nasional
Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Nasional
Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Nasional
Petugas 'Ad Hoc' Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Petugas "Ad Hoc" Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Nasional
Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Bertemu Hampir 2 Jam, Jokowi dan Tony Blair Bahas Investasi Energi di IKN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com