Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surabaya atau Blitar, Politisasi Terkait Kota Kelahiran Soekarno...

Kompas.com - 06/06/2016, 10:53 WIB
Bayu Galih

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Polemik seputar kelahiran presiden pertama RI Soekarno tidak hanya terkait tanggal lahir. Kota tempat Soekarno lahir juga sempat menuai polemik yang bahkan melibatkan Presiden Joko Widodo.

Polemik itu terjadi saat Jokowi berpidato dalam peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2015 di Blitar, Jawa Timur. Dalam pidato itu, Jokowi menyebut Soekarno lahir di Blitar padahal proklamator kemerdekaan itu lahir di Surabaya.

Informasi mengenai Blitar sebagai kota kelahiran Soekarno memang marak beredar di masa Orde Baru. (Baca juga: Jokowi Salah Sebut Tempat Lahir Bung Karno, Penulis Pidato Minta Maaf)

Dikutip dari dokumen Harian Kompas yang terbit 2 Juni 2015, sejarawan Peter Kasenda menuding Orde Baru sengaja mengaburkan sejarah Soekarno demi kepentingan politik.

"Bung Karno jelas lahir di Surabaya, sesuai dengan pengetahuan sejarah saya. Keterangan tempat lahir Bung Karno di Blitar dipublikasikan di zaman Orde Baru. Ini bentuk pengaburan sejarah yang berbau politik," tutur Peter Kasenda, dikutip dari Harian Kompas.

Dalam biografi yang ditulis Cindy Adams, Soekarno Penyambung Lidah Rakyat (cetakan pertama 1965), Soekarno juga menyebut Surabaya sebagai kota kelahirannya.

Peneliti lembaga Institut Soekarno, Peter A Rohi, menyatakan bahwa terjadi kesalahan dalam penerjemahan biografi yang ditulis oleh Cindy Adams itu, yang kemudian menyebut Soekarno lahir di Blitar.

"Buku itu diterjemahkan oleh tim penulis sejarah dari ABRI (TNI) dengan menyebutkan Bung Karno lahir di Blitar," kata Peter A Rohi. (Baca: Bagaimana Kondisi Rumah Kelahiran Soekarno?)

Selain itu, Peter juga menyebut semua biografi Soekarno yang terbit sebelum 1966 menulis Surabaya sebagai tempat kelahiran pria bernama lahir Koesno Sosrodihardjo itu.

Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said juga menyebut sangat sulit untuk meluruskan kesalahan sejarah pada masa Orde Baru itu. Apalagi, pengetahuan bahwa Soekarno lahir di Blitar juga masuk ke ranah pendidikan formal.

"Referensi itu meliputi buku-buku yang diterbitkan di ranah pendidikan formal hingga poster yang dijual bebas," kata Salim Said, dikutip dari Harian Kompas yang terbit 7 Juni 2015.

"Sangat sulit saat itu meluruskan, apalagi meneliti Soekarno. Selain karena sikap represif Orba, kita juga harus izin pemerintah," ujarnya.

Hingga saat ini belum diketahui alasan penyebutan Blitar sebagai kota kelahiran Soekarno.

Surabaya sendiri dikenal sebagai salah satu "dapur revolusi kemerdekaan", karena pernah menjadi pusat pemikiran dan pergerakan kebangsaan sebelum Indonesia merdeka.

Soekarno pun sempat "berguru" kepada tokoh pergerakan nasional yang sering dianggap bapak bangsa, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, di rumah kos legendarisnya, di kawasan Paneleh, Surabaya.

Selain Soekarno, penghuni kos di rumah Tjokroaminoto antara lain tokoh Partai Komunis Indonesia, Musso, Semaoen, dan Darsono; juga tokoh Negara Islam Indonesia SM Kartosoewirjo.

Selain itu, ada kemungkinan Orde Baru berusaha menjauhkan Soekarno dari kota sebagai pusat politik. Hal ini pun terlihat dari keputusan untuk memakamkan Soekarno di Blitar, dan bukan di Bogor seperti kemauan Soekarno.

Menurut Peter Kasenda, pemerintahan Orde Baru ingin menghilangkan pengaruh politik Bung Karno pasca dia meninggal.

Sebab, jika dimakamkan di Bogor yang berdekatan dengan Jakarta, akses untuk ziarah dan mencari pengetahuan tentang Bung Karno lebih mudah, yang berpotensi membangun kekuatan politik. Hal inilah yang dihindari pemerintahan Orde Baru.

"Ini juga pembelokan sejarah. Sebenarnya pemerintah Orde Baru bertujuan menjauhkan Bung Karno dari kekuasaan di Jakarta," ujarnya. (Baca juga: 6 Juni dan Polemik Tanggal Lahir Soekarno Putra Sang Fajar)

Pemerintah Kota Surabaya sendiri telah menyatakan bahwa sebuah rumah di kawasan Peneleh, Surabaya, sebagai tempat lahir Soekarno pada 6 Juni 2011.

Kemudian pada 2013, Pemkot Surabaya menjadikan rumah itu sebagai bangunan cagar budaya. Penetapan berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/321/436.1.2/2013.

Sebuah Plakat di tempel rumah yang menjadi tempat kelahiran Soekarno

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Kasasi KPK Dikabulkan, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Penetapan Presiden di KPU: Prabowo Mesra dengan Anies, Titiek Malu-malu Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com