JAKARTA, KOMPAS.com — Juru bicara Setya Novanto, Nurul Arifin, menekankan, Partai Golkar tidak menganggap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai kompetitor.
Golkar, kata Nurul, ingin PDI-P menganggap partai berlambang pohon beringin itu sebagai mitra untuk sama-sama mendukung pemerintahan.
Hal itu diungkapkan Nurul menyusul sikap Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang mengatakan akan mendukung Presiden Joko Widodo untuk maju ke Pemilu Presiden 2019.
Padahal, di sisi lain, partai pengsung Jokowi, PDI-P, bahkan belum menentukan sikap terkait nama yang diusung untuk Pilpres 2019.
Nurul menekankan, dalam hal ini, partainya tidak berniat untuk mengesampingkan atau mengecilkan PDI-P.
"PDI-P jangan cemburulah dengan kedatangan Golkar," kata Nurul dalam sebuah acara diskusi di bilangan Tebet, Jakarta, Sabtu (21/5/2016).
Ia menambahkan, sosok Jokowi tak dapat dimungkiri tetap melekat dengan PDI-P. Keduanya merupakan satu kesatuan sehingga ketika Golkar mendukung pemerintahan, maka partai tersebut siap sejalan dengan PDI-P.
Nurul menjelaskan, secara realitas di lapangan, survei menunjukkan, penerimaan publik terhadap Jokowi masih tinggi.
Hal tersebut terlihat dari respons masyarakat yang sangat antusias jika Jokowi melakukan kunjungan kerja ke daerah.
Ketokohan Jokowi, kata Nurul, masih sangat kuat. Selain itu, Golkar juga melihat, program yang dijalankan Jokowi jelas dan konkret.
Golkar juga akan 100 persen mendukung program nawacita karena poin-poinnya yang sangat prorakyat. "Kita tinggal menyatukan itu dengan visi dan misi Partai Golkar," kata Nurul.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menegaskan, partainya siap mendukung Presiden Joko Widodo jika ingin mencalonkan diri kembali pada Pilpres 2019.
"Sepanjang rakyat mendukung Jokowi untuk menjadi presiden, saya selaku Ketua Umum Partai Golkar, saya akan mendukung dan membela Jokowi," kata Novanto di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Golkar telah menyatakan dukungan kepada pemerintah. Bahkan, pada penyelenggaraan Munaslub Golkar, partai tersebut menyatakan keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP).
"Yang perlu dicatat ialah, 2019 ini waktunya pendek sekali," ujarnya.