Tak terbendung lagi
Savic mengaku, tidak ada yang menyangka, Soeharto akan memutuskan berhenti secepat itu. Terlebih lagi, sebelumnya, pada 12 Mei 1998, aparat keamanan melakukan penembakan terhadap empat mahasiswa di Universitas Trisakti yang sedang berdemonstrasi.
Hal tersebut disusul kerusuhan dan penjarahan pada 13-14 Mei 1998. Mahasiswa sudah banyak yang melakukan demonstrasi di jalan raya dekat kampus masing-masing. Kemudian, pada tanggal 18 Mei 1998, mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR RI.
"Relatif tidak ada kabar Presiden Soeharto akan berhenti. Informasi yamg beredar saat itu simpang siur. Fakta bahwa dia menyatakan berhenti pada tanggal 21 Mei 1998 itu begitu mengejutkan. Tidak ada indikasi," ujar dia.
(Baca: Sehari Sebelum Soeharto Mundur, Dinamika "Ring 1", dan Kegelisahan Kabinet)
Setelah gerbang DPR/MPR RI dijebol oleh mahasiswa, aparat keamanan sudah tidak bisa mempertahankannya lagi. Gelombang mahasiswa dan masyarakat umum berdatangan seperti air bah ke gedung yang sebelumnya dijaga ketat.
Dari kelompok mahasiwa, ada Forum Kota (Forum Kota) yang paling besar dalam hal massa. Ada juga Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Se-Jakarta (FKSMJ), yang diorganisasi oleh senat-senat universitas secara formal.
Ada juga kelompok mahasiswa yang membawa bendera kampus masing-masing, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Trisakti.
(Baca: Cerita Wiranto, Inpres Soeharto yang Tak Dipakai untuk Kudeta)
"Kalau Forkot, itu diorganisasi oleh kelompok aktivis dan pers mahasiswa. Jadi, ini kelompok-kelompok yang punya sejarah perlawanan terhadap Orde Baru," tutur Savic.
Kemudian, ada elemen warga masyarakat yang turun ke jalan atas inisiatif sendiri secara organik. Tidak ada yang mengorganisasi. Mereka ikut mendukung dengan cara ikut datang ke DPR karena melihat dari media massa.
Semua media pun sudah memberitakan semua perlawanan dan tuntutan mahasiswa agar Soeharto mundur. Bahkan, kelompok intelektual publik, seperti para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sudah menuntut Soeharto untuk mundur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.