JAKARTA, KOMPAS.com - Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mengusulkan pemilu serentak 2019 dibagi dalam dua tahap, yaitu pemilu nasional yang diikuti pemilu lokal dengan jeda 2,5 tahun.
Menurut peneliti Perludem, Fadli Ramadhanil, dari sisi peserta, partai politik dapat memperkuat peserta yang diusung. Dengan begitu, parpol akan menyiapkan kader-kader yang berkualitas.
Selain itu, sejak awal parpol akan jelas memperlihatkan wujudnya dalam berkoalisi. Hal ini penting untuk membangun platform ideologi agar terhindar dari politik transaksional.
"Kalau sekarang lebih cenderung pragmatis. Kalau merasa menguntungkan 'ayo', kalau tidak hajar," ujar Fadli, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/5/2016).
"Kalau dari awal cenderung permanen dan berkualitas, jadi jelas siapa pendukung dan siapa oposisi," kata dia.
Adapun pemilu nasional yang dimaksud adalah pemilihan untuk Presiden-Wapres, DPR, dan DPD. Sedangkan pemilu lokal adalah pemilihan lokal untuk DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota dan gubernur, bupati, dan wali kota.
(Baca: Perludem Usul Pemilu Serentak 2019 Dibagi Dua Tahap dengan Jeda 2,5 Tahun)
Dari segi pemilih, masyarakat akan lebih rasional dalam mempelajari visi-misi dan gagasan calon, sesuai tugas, pokok, dan fungsinya. Selain itu, masyarakat juga tidak akan diributkan tentang banyaknya pilihan calon yang diusung.
Dengan dipisahnya pemilu nasional dari pemilu lokal, masyarakat akan fokus pada setiap tahapan, serta bisa mengenal lebih dalam para kandidat.
"Coba kalau digabung semuanya, pemilihan presiden, DPR, DPRD, kepala daerah, pasti akan membingungkan pemilih," ujar dia.
Sedangkan untuk pemilu lokal, kata dia, masyarakat memiliki ruang untuk menilai kinerja pemerintah hasil pemilu nasional.
Dengan begitu, masyarakat dapat kembali memilih partai yang sama dalam pemilih lokal jika dianggap baik. Sebaliknya, jika tidak baik, pemilih akan memilih kandidat lain dari partai yang berbeda.
"Referensi akan ditingkatkan dalam pemilu lokal. Seadainya partai terpilih berkinerja baik, maka masyarakat akan memilih kekuatan partai yang sama," ucap Fadli.