JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, uang yang diberikan Kepala Densus 88 Brigjen (Pol) Eddy Hartono untuk keluarga Siyono bukan untuk membungkam.
Uang itu murni sebagai santunan untuk istri dan anak-anak Siyono.
Siyono adalah terduga teroris asal Klaten yang diduga tewas karena dianiaya anggota Densus 88.
"Kalau masalah aspek hukum tidak ada hal-hal yang perlu diragukan. Kami terbuka apa adanya," ujar Boy, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (18/5/2016).
(Baca: Polri Persilakan Masyarakat Laporkan Pidana Anggota Densus Terkait Siyono)
Keluarga Siyono mempermasalahkan uang Rp 100 juta yang diberikan Densus 88 melalui dua polisi wanita.
Namun, keluarga tidak mau menerima uang tersebut dan menyerahkannya ke PP Muhammadiyah.
Istri Siyono, Suratmi beserta tim pembela kemanusiaan rencananya akan melaporkan pemberian itu sebagai gratifikasi ke Komisi Pemberantasan Korupsi.
Suratmi juga telah melaporkan dua anggota Densus 88 yang mengawal Siyono ke Polres Klaten.
"Keluarga korban membuat laporan silakan. Kami laksanakan proses hukum yang layak. Semua harus berdasarkan alat bukti," kata Boy.
(Baca: Densus 88 Harus Minta Maaf Secara Resmi kepada Keluarga Siyono)
Menurut Boy, uang yang diberikan ke keluarga Siyono merupakan uang pribadi Kadensus. Oleh karena itu, kata Boy, seharusnya tak dipermasalahkan karena bukan diambil dari uang negara.
"Memberikan santunan tidak ada maksud apa-apa. Semuanya hanya ingin meringankan beban dari keluarga korban. Biar bagaimanapun dengan kematian Siyono berdampak pada keluarga," kata Boy.
Uang itu diterima oleh istri Siyono, Suratmi, tak lama setelah kematian suaminya.
Uang tersebut diserahkan ke PP Muhammadiyah dalam keadaan masih dibungkus rapi dalam ikatan plakban.
Setelah dibuka, ternyata uang itu berjumlah Rp 100 juta.
Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti sebelumnya menekankan bahwa dua gepok uang senilai Rp 100 juta yang diberikan kepada keluarga almarhum Siyono bukan uang dari Polri.
Menurut dia, uang tersebut berasal dari kantong pribadi Kepala Densus 88 Brigjen (Pol) Eddy Hartono.
Badrodin membantah uang tersebut sebagai sogokan ke keluarga Siyono karena pada dasarnya kematian terduga teroris itu merupakan kecelakaan yang tak bisa dihindari.