Perempuan kemudian dibuat sangat bergantung pada pemilik kuasa lain yang lebih efektif, dalam hal ini laki-laki, baik sebagai individu maupun yang direpresentasikan oleh negara. Perempuan hanya akan aman bila mendapatkan perlindungan laki-laki.
Sebagai contoh, adanya gerbong communter line khusus untuk perempuan, meskipun sangat beralasan dalam pandangan pencegahan kejahatan situasional, namun secara simbolis menegaskan bahwa perempuan subordinat.
Media massa adalah salah satu contoh agen konstitutif yang secara tidak sadar turut memelihara ketimpangan kekuasaan gender.
Iklan yang mungkin dianggap deskripsi keseharian masyarakat, sehingga dianggap biasa atau ‘normal’ justru mengamplifikasi struktur patriarkis.
Sebuah iklan detergen yang memiliki ‘tagline’ wah, mama terlihat cantik kalau mencuci, mungkin dianggap lucu karena demikianlah penggambaran peran perempuan di mata masyarakat. Tapi pertanyaannya, mengapa bukan wah, papa terlihat ganteng kalau mencuci?
Dalam pandangan feminis liberal, faktor sosialisasi adalah penyebab utama terjadinya proses konstitutif ini. Budaya mengajarkan bahwa perempuan memasak dan laki-laki bekerja di luar rumah. Sosialisasi seperti ini bahkan terjadi di tingkat keluarga.
Mungkin ada yang berpandangan cara berfikir ini naif. Mereka berpendapat bahwa perkosaan justru disebabkan oleh provokasi korban, seperti menggunakan pakaian yang “minim” atau berjalan sendirian, terutama di tempat sepi atau malam hari.
Cara pandang seperti ini justru memiliki cacat epistemologis, dengan melupakan aspek kekuasaan dalam sebuah definisi situasi, yaitu kuasa wacana patriarkis dalam kesadaran individu.
Kapitalisme turut pula menyumbang pengaruh pada amplifikasi budaya patriarki. Perempuan masuk dalam proses komodifikasi. Baik perempuan sebagai tenaga kerja murah, maupun perempuan sebagai bagian dari ‘etalase barang/jasa’.
Karenanya, tidak mengherankan bila perempuan kemudian “harus” ditempelkan pada produk mobil atau motor dalam sebuah pameran. Pertanyaan esensialnya, apa fungsinya?
Kasus perkosaan dan pembunuhan terhadap ‘Y’ harus disikapi serius oleh pemerintah. Penyebabnya telah jauh melampaui faktor tekanan struktural atau adanya peran faktor situasional.
Dibutuhkan upaya perubahan yang menyentuh cara pandang masyarakat tentang laki-laki dan perempuan.
Pada sisi penegakan hukum, sensitifitas sangat diperlukan. Sangat mungkin adanya kasus pelecehan atau kekerasan terhadap perempuan lainnya yang tidak diketahui karena dibawa ke ranah privat dan diselesaikan secara “damai”.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.