Katanya saya ngerokok di depan umum. Saya tidak merokok di depan umum. Habis rapat, saya diwawancarai wartawan. Lalu saya cari tempat yang sepi untuk merokok. Wartawan ngikutin saya. Saya sudah bilang jangan difoto tapi ternyata muncul dan dikatakan Susi merokok di depan umum. Edan apa.
Wartawan sering nulis yang nggak benar. Kayak suami saya Daniel Kaiser disebut ahli kapal. Itu salah. Karena dia bukan ahli kapal tapi insinyur elektro. Cerita saya di-tato di Bali, itu saya nggak ngerti. Saya bukan bikin tato di Bali. Ngarang-ngarang aja.
Anda mulai usaha ini dengan menjadi bakul ikan. Apa betul? Bagaimana persaingan waktu itu dengan sesama pedagang bakul karena Anda dianggap membela nelayan dengan membeli ikan dengan harga ikan tinggi?
Nelayan kita sudah sudah hidupnya. Kalau kita beli dengan harga murah, kasihan mereka. Saya memang mulai dari bakul. Bakul-bakul di Pangandaran seperti Ali dan Akui tahu tentang saya. Ali itu saya besarin. Saya kasih duit, saya kasih pinjem uang. Tanya orang aja. Kadang-kadang saya nggak punya duit ke TPI, minta beli cendol, dia yang bayarin. Di lelang berantem, tapi di luar kita teman. Saya sering ditraktir Akui kalau nggak bawa uang, dia bayarin saya makan. Ayong dan Budidarma juga. Berantem, tapi di luar kita makan bareng. Nggak tahu, saya punya muka yang membuat orang sayang. Ha ... ha ... ha ... Nggak tahu kenapa. To do something good. Thats’s my bless from God. Blessing in disguise from God. Ha ... ha ... ha ...
Sebelum diangkat sebagai menteri apa sudah lama mengenal Jokowi?
Nggak, baru aja. Tanggal 11 Oktober 2014, ketemu di Halim. Saya nggak jemput tapi saya pas kerja di Halim Perdana Kusuma Jakarta. Pak Jokowi mendarat. Kan, beliau sudah sering pakai pesawat kita untuk kampanye. Partai lain sama. Saya pikir saya mau say hello maka saya samperin pas landing. Satu menit kali. Itu terjadi pas malam minggu. Jam 12 malam.
Wartawan kadang nulis apa yang saya sendiri tidak tahu, yang tidak terjadi ditulis seolah-olah terjadi. Bu Mega tidur di sini. Ibu Mega pernah makan di sini betul tapi nginep di sini tidak pernah. Wartawan ngomongnya Bu Mega pernah nginep di sini.
Saya terjatuh, sudah gitu saya libur sekolah. Saya malas balik sekolah juga. Memang saya juga sudah lama nggak cocok dengan sekolah. Waktu di Pangandaran saya pakai kaos golput, lalu ditahan.
Semalam guru-guru membacakan puisi untuk Anda pada pesta rakyat pengangkatan Anda sebagai menteri. Anda nampak sedih sekali. Bahkan mengelap air mata dengan ujung kain?
Iya, guru-guru itu baik sekali. Bu Is, Pak Dedy, Pak Tatang, dll. Kakaknya Pak Tatang itu guru ngaji saya. Guru-guru selalu terkesan, karena saya selalu juara satu dari SD sampai SMP. Mencret-mencetnya, saya juara dua. Mungkin itu cuman sekali. Waktu itu Rahmat yang pernah ngalahin saya jadi juara. Tapi biasanya saya juara satu.
Menurut rekan Anda di SMA 1 Teladan Yogyakarta, Prof. Prof. Ir. Dwikorita Karnawati MSc. PhD yang sekarang menjadi rektor Universitas Gadjah Mada, Anda adalah sosok yang cerdas dan jenius. Di atas rekan-rekan sebayanya. Dwikorita melihat di dalam kamar kost Anda banyak buku-buku filsafat dan politik untuk mahasiswa padahal Anda baru kelas satu SMA. Bahkan kebanyakan dalam bahasa Inggris. Dalam ingatan Dwikorita, kemampuan bahasa Inggris Anda bagus dan lancar. Dwikorita juga ingat Anda kerap berbicara tentang gagasan membangun Indonesia. Anda juga sering mengkritisi pemerintahaan saat itu. Bagaimana tanggapan tentang hal ini?
Lima bulan lalu saya ketemu dengan Dwikorita setelah pisah 32 tahun yang lalu. Kita satu bangku. Kita nyanyi lagu Indonesia Raya, sebelum tanda tangan MOU. Saya bilang, Rit, ini 32 tahun yang lalu. Dia bilang, Sus saya sekarang baru mengerti isi kepala kamu sekarang kenapa berhenti sekolah.
Waktu SMA sudah baca buku-buku yang berat yang membuat pemikiran Anda jauh ke depan?
Ya, saya memang senang filsafat. Saya sudah baca buku kasus Jusuf Muda Dahlan waktu SD kelas 6. Friedrich Engels, Das Kapital Karl Marx, Adam Smith, Il Principe-nya Machiavelli.
Dari mana tahu buku-buku itu?
Dulu kan ada buku berjudul Mereka Yang Mengubah Dunia. Bukunya kecil. Summary. Terus saya baca. Saya baca juga buku-buku tokoh filsafat dialektikal. Saya juga baca kitab suci semua agama.
Bahasa Inggris bagus, kok bisa?
Arif Satria, penasihat KKP, pernah bilang mau tahu kehebatan Bu Susi lebih dari profesor, omong sama dia dengan bahasa Inggris. Ya, karena saya suka baca saja. Saya dulu mau masuk primary di lembaga kursus di Yogya aja nggak lulus. Saya otodidak.
Sewaktu Jokowi menyampaikan pengumuman kabinetnya, Anda lari. Kelihatan energik ...
Kan, sebelumnya Pak Jokowi bilang: Pak Indro, menteri Koordinator Maritim lari. Makanya gue lari lebih kencang lagi dari biasa. Ha ... ha ... ha. Pak Jokowi malah bilang: Bu Susi nggak usah lari. Saya sudah terbiasa lari, Pak. Kalau Indroyono pelan karena gemuk. Ya, orang udah gemuk kayak gitu kan susah lari ha ... ha ... ha ...
Awal mula ditunjuk jadi menteri, Anda ditelepon Pak Jokowi kah?
Nggak. Pak Jokowi nggak ada telepon lalu bilang besok kamu jadi menteri. Nggak ada. Saya ditelepon sama protokol Istana tengah malam sebelum pengumuman untuk disuruh ngambil baju. Siang saya ditanya agama saya apa? Saya cerai apa kawin?
Di negeri ini isu hampir setiap hari. Saya nggak terlalu care. Saya ini orang nggak urus isu-isu. Kalau nggak happen, I dont believe.
Kalau saya di pariwisata, saya resign. Itu bukan di kompetensi saya. Kalau sekarang pas, juga tidak. I had more experience di kelautan dan perikanan dibandingkan dengan pariwisata. Bukan saya merasa expert, tidak. Hidup saya banyak spend di situ.
Di saat wawancara berlangsung datang Eka Santosa. Pria yang dekat dengan Susi kala remaja ini pernah menjadi Ketua DPRD Tingkat I Jawa Barat dan anggota DPR RI. Eka mengungkapkan Susi berhenti sekolah bukan karena isu golongan putih (golput) pada Pemilu 1982 yang seperti disampaikan oleh wartawan.
Sebab pada saat kasus itu terjadi, Susi sudah berhenti sekolah. Kasus golput berangkat dari pemberian Eka kepada Susi berupa kaos bertuliskan golput sebelum Pemilu tahun 1982. Gara-gara kaos itu Susi diinterogasi oleh aparat Kodim Ciamis. Susi mengaku sampai sekarang pilihan politiknya tetap golput.
Lah, gimana Golput, kan Pak Jokowi sudah mengangkat Anda menjadi menteri?
Lah, dia kan presiden Indonesia. Setelah dia jadi presiden dia bukan milik PDI-P. Dia milik Indonesia. Sampai hari ini saya masih golput. Kalau nanti, kita lihat goverment-nya. Kalau orang DPR masih kayak gini, ngapain gue milih partai.
Dia orang unik. Dia orang yang taking says, the way its happen. Dia orang yang nggak complicated. Dia menjadi kuat karena dia clean, hatinya bersih. That’s the part we are similar. Itu yang sama dengan saya. Kita nggak punya yang item-item. Awarness ada tapi kita sendiri nggak punya pikir yang hitam, nggak ada. Kita nggak mengambil hak orang, cheating. Nggak ada. Saya pikir, Pak Jokowi orang seperti itu.