JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, hingga saat ini polisi belum dapat memastikan berapa orang etnis Uighur yang bergabung dengan kelompok Santoso.
Menurut Boy, mereka masuk ke Indonesia melalui jalur imigrasi, selayaknya turis yang berkunjung ke Indonesia.
"Mereka gunakan identitas resmi sebagaimana pengunjung," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (27/4/2016).
"Mereka datang diketahui memegang paspor dan dia awalnya yang dalam konteks sebagai turis, bisa wisata, tapi melakukan aktivitas yang melenceng," kata dia.
Ternyata, setelah sekian lama berada di Indonesia, belakangan diketahui bahwa tujuan utama mereka untuk bergabung dengan kelompok Santoso.
(Baca: Ini Alasan Etnis Uighur Mau Gabung Kelompok Santoso Menurut Polri)
Sejauh ini, anggota etnis Uighur yang berhasil diringkus satuan tugas operasi Tinombala sebanyak enam orang.
Lima di antaranya ditangkap satgas dan satu diantaranya tewas ditembak. (Baca: Satu Anggota Santoso yang Ditembak Berasal dari Suku Uighur)
Penembakan etnis Uighur ini dilakukan karena dia mengacungkan parang kepada anggota satgas.
"Ketika diminta meletakkan parang, dia malah menyerang dan dilakukan penembakan," kata Boy.
Boy mengatakan, pihak imigrasi tidak bisa secara langsung mendeteksi mana turis yang melebihi ijin tinggal kunjungan.
Oleh karena itu, Boy menganggap pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung ke Indonesia harus diperketat.
"Pengawasan orang asing perlu kita tingkatkan lagi, dalam artian jangan sampai mereka gampang melakukan aktivitas seperti itu di negara kita," kata Boy.