JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir media massa diramaikan dengan isu perebutan kursi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi antara Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti menilai, posisi Mendes memang sangat strategis untuk dimanfaatkan partai politik jelang pemilu serentak 2017, 2018, 2019.
Hal ini tak lepas dari peran Kemendes berperan dalam menggelontorkan puluhan triliun rupiah ke pedesaan. Dengan demikian, tidak heran apabila jabatan Menteri Desa menjadi rebutan partai.
"Sebagian besar pemilih kita ada di desa," kata Ray usai acara diskusi di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (17/4/2016).
(Baca: Sempat Ribut Kursi Menteri Desa, Cak Imin Sebut PKB dan PDI-P Sudah Berdamai)
PKB yang saat ini memegang kursi Mendes, kata Ray, bersikeras mempertahankan kursi tersebut terlebih PKB memang memiliki basis kuat di pedesaan. Sedangkan PDIP mulai ingin merebut basis yang dikuasai PKB tersebut.
Ia menambahkan, partai yang berhasil mendapatkan kursi Mendes ke depannya akan diuntungkan oleh citra sebagai partai yang berkontribusi dalam membawa perubahan untuk desa.
"Jadi semua partai ingin terlihat menguasai ini agar image mereka terus terbangun. Ini amat sangat strategis," ujar Ray.
(Baca: Kenapa Menteri Desa Begitu "Seksi"?)
Perebutan kursi Mendes ini, menurut Ray, menjadi salah satu penyebab perombakan kabinet tak kunjung dilakukan. Ia menilai, posisi Presiden Joko Widodo dalam hal ini netral, namun terlihat bingung bagaimana memosisikannya.
"Kalau tidak ada ketegangan antara PDI-P dan PKB ini saya pikir sudah sejak awal April pak Jokowi sudah umumkan (reshuffle)," imbuhnya.