JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Agus Riyanto mengatakan, mutasi sejumlah pejabat Polri hanya sekadar penyegaran.
Ia membantah jika mutasi Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Charliyan dan Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Erwin Triwanto terkait dengan kasus Siyono, terduga teroris yang meninggal dalam penanganan Densus 88.
"Ada lima kapolda yang dimutasi, dan itu mutasi biasa," ujar Agus melalui pesan singkat, Jumat (15/4/2016).
Agus mengatakan, mutasi merupakan hal yang lumrah dilakukan di setiap organisasi, termasuk Polri.
(Baca: Kapolri Mutasi 25 Bawahannya, Boy Rafli Kini Pimpin Humas Polri)
"Agar roda perputaran organisasi tetap berjalan, tidak ada stagnasi," kata Agus.
Anton dimutasi menjadi Kapolda Sulawesi Selatan. Sementara itu, posisinya di humas digantikan oleh Brigjen Boy Rafli Amar. Adapun Erwin dimutasi menjadi Kapolda Kalimantan Selatan.
Siyono merupakan terduga teroris asal Klaten yang meninggal karena adu fisik dengan Densus 88. Polri mengakui adanya pelanggaran prosedur karena saat itu Siyono tidak diborgol dan hanya didampingi satu petugas di mobil.
(Baca: Komnas HAM Duga Ada Pelanggaran HAM soal Tewasnya Siyono, Ini Komentar Kapolri)
Polri menyebut, kematian Siyono murni karena kecelakaan. Komnas HAM, Kontras, dan Muhammadiyah menganggap janggal kematian Siyono. Muhammadiyah akhirnya melakukan otopsi terhadap jenazah Siyono, dan ditemukan bukti adanya kekerasan.
Kemudian, kabar terlontar dari Anton bahwa ada kelompok pro-teroris yang membela Siyono dan menyudutkan Polri.
Muhammadiyah tersinggung, menganggap kelompok yang dimaksud membela Siyono termasuk organisasi mereka.