JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi SP mengatakan, pernyataan Kepala Staf Presiden Teten Masduki bahwa Istana sulit memenuhi permintaan sembilan petani penolak pabrik semen, bukan harga mati.
"Tentu tidak ada harga mati seperti yang disebut (Teten). Ini belum sampai pada kesimpulan," ujar Johan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis (14/4/2016).
Sebab, pernyataan Teten itu, kata Johan, disampaikan sebelum Teten dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno bertemu Presiden Jokowi.
Namun, setelah bertemu, Presiden meminta keduanya untuk menemui kesembilan petani itu lagi untuk menyerap aspirasi mereka.
Teten dan Pratikno sendiri telah menemui kesembilan petani tersebut pada Rabu (13/4/2016) kemarin. Sikap presiden pun, lanjut Johan, akan disampaikan setelah Teten dan Pratikno melaporkan hasil pertemuan tersebut kepada Presiden.
(Baca: Senandung Pilu "Kartini Kendeng" Menolak Pabrik Semen)
Johan juga mengatakan, Presiden membuka peluang untuk menemui secara langsung kesembilan tersebut. Namun, keputusan apakah akan bertemu atau tidak akan ditentukan setelah Teten dan Pratikno melaporkan hasil pertemuan mereka dengan petani.
"Ya apakah bisa diatur pertemuan, mungkin dalam situasi yang berbeda ya," ujar Johan.
Kesembilan petani itu memprotes pembangunan pabrik semen di kampungnya dengan cara mengecor kaki mereka di seberang Istana Merdeka, Selasa (12/4/2016) lalu.
Salah satu petani, Deni, mengatakan, pembangunan pabrik semen berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Pabrik itu akan menutup sumber mata air yang biasa digunakan warga kampung.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.