Menanti Jokowi
Tak terasa, matahari perlahan menhilang. Petang pun menjelang. Tak ada juga tanda-tanda kedatangan tamu yang sangat dinanti, Presiden Jokowi. Salah satu staf Presiden kemudian datang menghampiri.
Ia berjanji akan berusaha mempertemukan para "Kartini" dari Pegunungan Kendeng ini dengan Jokowi, sebelum bertolak ke Eropa.
Setelah pertemuan itu, sembilan "Kartini" memutuskan kembali beristirahat sejenak. Malam itu, mereka menginap di kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Mobil Kijang datang menjemput.
Perlu tenaga empat orang laki-laki untuk mengangkat "Kartini" beserta kotak kayu berisi semen ke dalam mobil.
Joko mengizinkan awak media sampai pukul 22.00 berbincang dengan para petani.
Semenjak kakinya dicor semen, Deni mengaku belum ada masalah serius. Ia hanya merasa gerah dan panas di bagian kaki yang dicor.
Jika pegal, ia berdiri sampai rasa pegal itu hilang, lantas kembali duduk.
Ada toilet darurat yang dibuat untuk sembilan "Kartini". Toilet tersebut terbuat dari terpal dengan tinggi dua meter dan lebar satu meter.
Malam kian larut, para petani perempuan yang tak lagi muda ini lebih memilih merebahkan diri ke kasur yang disiapkan untuk melepas lelah.
Besok atau hari-hari berikutnya, bagi mereka, adalah hari perjuangan baru.
Mereka tak akan berhenti melepas cor semen di kakinya sampai bisa bertemu Presiden Jokowi. Namun niat itu akhirnya diurungkan pada Rabu (13/4/2016) sore.
Para Kartini Kendeng ini akhirnya melepaskan belenggu cor semen di kakinya setelah kondisi kesehatan mereka tak lagi memungkinkan. Mereka sudah terlihat pucat dan dikhawatirkan peredaran darahnya terganggu.
Di tengah masa krusial itu, secercah harapan datang dengan kehadiran Kepala Staf Presiden Teten Masduki di tengah mereka dan menjanjikan waktu untuk bertemu Presiden Jokowi.
Dengan bertemu Jokowi, mereka berharap agar pembangunan pabrik bisa benar-benar dibatalkan.