Bukan warga "kelas dua"
Di dekat para petani itu, tampak seorang dokter menama Alexandra Herlina (45). Mata Lina lekat mengamati "Kartini". Ia sudah siap bila "Kartini" butuh pertolongan.
"Petani juga profesi, bukan masyarakat kelas dua. Sama dengan presiden dan menteri," ucap Lina.
Lina sudah terbiasa menolong orang kecil. Di Surabaya, praktek pribadinya melayani pemulung, tukang becak, dan buruh.
"Aku ini dokter miskin materi tapi kaya cinta," kata Lina sambil terkekeh.
"Demi ibu pertiwi, ayo kita satukan. Ibu-ibu... semangat.. semangaaat," teriak Lina menyemangati para petani.
Ngatemi tak kendur semangatnya meski harus menahan panas ataupun sakitnya kaki dia yang kini kaku karena dibenamkan ke semen.
Akan tetapi, wajahnya tak bisa menghilangkan keresahan di dalam dirinya. Dia bercerita, kehidupan para petani sangat sejahtera. Ngatemi tidak merasakan masalah sama sekali. Namun, dia khawatir jika pabrik semen berdiri, para petani akan hidup merana.
"Kalau ada pabrik semen, kami tidak bisa bertani. Tidak ada air. Tumbuhan kan juga butuh air," kata dia,
Ngatemi mengatakan, sejak 2011 para petani sudah menolak pendirian pabrik semen. Di Pati, pabrik memang belum berdiri, tapi izin pendirian sudah diberikan.