JAKARTA, KOMPAS.com - Sembilan petani perempuan yang kerap disebut "Kartini Pegunungan Kendeng", kembali mendatangi jalan Medan Merdeka Barat, seberang Istana Negara pada Rabu (13/4/2016).
Panas terik matahari tidak menyurutkan niat Yu Sukinah, Martini, Siyem, Karsupi, Sutini, Surani, Ngatemi, Ngadinah dan Ripambarwati untuk menunggu Presiden Joko Widodo menemui mereka.
Mereka duduk berjajar, lengkap dengan busana kebaya dan topi caping. Kaki mereka masih dicor semen, sejak kemarin, saat melakukan aksi protes di tempat yang sama.
Menurut Joko Prianto, pendamping "sembilan Kartini" sekaligus petani asal Rembang, aksi pengecoran kaki dengan semen ini merupakan simbol penegasan kepada Pemerintah bahwa hadirnya semen di wilayah pertanian pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, dapat memasung dan merusak sumber kehidupan petani desa.
"Jika pabrik semen tidak dihentikan, maka rakyat kecil, para petani dan masyarakat desa yang akan menjadi korban," ujarnya di depan Istana Negara, Rabu.
Joko menjelaskan, dampak nyata hadirnya pabrik semen sudah dialami masyarakat di Tuban, Jawa Timur. (baca: Rentang 45 Hari, 61 Warga Desa di Tuban Meninggal Dunia)
Dalam sebulan, 61 orang meninggal akibat penyakit pernapasan. Selain itu, pendirian pabrik semen di wilayah Kendeng berdampak buruk pada kondisi lingkungan sekitar, kata Joko, sudah banyak sumber mata air yang mati di Grobogan.
Oleh karena itu, melalui aksi protes pengecoran kaki dengan semen, "sembilan Kartini Kendeng" meminta Presiden untuk menghentikan seluruh bentuk pengerusakan sumber-sumber kehidupan masyarakat.
(baca: Soal Meninggalnya 61 Orang di Tuban, Walhi Gandeng Komnas HAM)
Mereka tidak ingin kepentingan pembangunan malah mengabaikan nilai-nilai keadilan sosial dan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan.
"Kami petani Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan, menolak pabrik semen di pegunungan Kendeng yang memasung hidup para petani, merusak alam dan mengancam masa depan kehidupan petani Kendeng," kata Joko.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.