JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan M Rommahurmuziy mengibaratkan, dinamika yang terjadi di internal partainya bak lagu anak-anak.
Hal itu terlihat dari dilangsungkannya dua muktamar yang mengakibatkan dualisme kepemimpinan di tubuh partai itu.
"Terbaginya PPP ke dalam kelompok-kelompok yang kalau diurutkan mengingatkan kita pada lagu anak-anak. 'Naik kereta api, tut-tut-tuut.... Siapa hendak turun, ke Bandung, Surabaya, dan sempat turun di Jakarta,'" dendang Rommy saat membuka Muktamar VIII PPP di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Sontak, nyanyian Rommy itu membuat semua muktamirin yang hadir termasuk Presiden Joko Widodo tertawa.
Ia menjelaskan, Muktamar VIII PPP ini diikuti oleh 1.767 peserta yang terdiri atas 532 peserta dari DPP, 91 peserta dari DPW, dan 1.144 peserta dari DPC. Dalam proses pengambilan keputusan nantinya, hanya peserta dari DPW dan DPC-lah yang memiliki hak suara.
"Pemegang suara adalah ketua dan sekretaris DPW dan DPC beserta suara perimbangan yang didasarkan atas perolehan kursi DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota," kata dia.
(Baca: Djan Faridz: Siapa Bilang Itu Muktamar PPP?!)
Rommy pun mengungkapkan alasan penyelenggaraan muktamar yang dilangsungkan di Asrama Haji. Menurut dia, PPP selama ini dapat bertahan karena berkah Kakbah. Satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki miniatur Kakbah terbesar hanya Asrama Haji Pondok Gede.
"Tempat ini juga melahirkan salah satu kader terbaik PPP yang mencapai prestasi puncak sebagai Wakil Presiden, yakni Hamzah Haz, yang kebetulan dalam kondisi kurang sehat sehingga tak bisa bergabung dengan kita," ujar dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.