Granat itu malah sempat dilempar, setelah pinnya ditarik. Beruntung, granat tidak meledak dan berhasil diamankan anggota pasukan komando. Pelempar granat itu ditembak mati saat berusaha kabur dari pintu depan.
Ada seorang pembajak yang disebut bernama Fahrizal, yang melepaskan tembakan ke pasukan komando. Setelah terdesak, dia pun bunuh diri dengan menembak kening.
Dua pembajak lain berusaha kabur dari pesawat. Namun, mereka kemudian ditembak mati.
Keterangan resmi pemerintah menyebut semua pembajak tewas dalam operasi pembebasan. Namun, kemudian diketahui bahwa pimpinan pembajak, Imran bin Muhammad Zein ditangkap. Imran kemudian dihukum mati pada 28 Maret 1983.
Keterangan resmi pemerintah juga menyebut pilot dan seorang pasukan komando luka-luka.
Beberapa hari setelah keterangan pemerintah itu diumumkan, pilot Kapten Herman Rante dan anggota Koppasandha bernama Achmad Kirang menjadi korban tewas dalam operasi pembebasan.
Baku tembak di dalam kabin menyebabkan badan pesawat Woyla dilubangi sejumlah peluru. Pesawat itu kemudian dibawa ke Indonesia setelah diperbaiki di Thailand.
Adapun 36 orang yang berada 4 hari di pesawat, setelah beberapa penumpang lain dilepaskan pembajak, berhasil diselamatkan.
(Baca juga: 31 Maret 1981, Pembajak Pesawat Woyla Ditaklukkan dalam 3 Menit)
Keberhasilan operasi pembebasan Woyla itu tidak hanya melambungkan karier Sintong Pandjaitan sebagai pemimpin lapangan, tapi juga Letjen LB Moerdani yang saat itu menjabat Kepala Pusat Intelijen Strategis.
Reputasi Koppasandha pun diakui. Bahkan, kini pasukan yang dikenal dengan nama Kopassus tercatat sebagai salah satu satuan elite top dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.