JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon menilai, pemerintah terlalu lambat mengambil keputusan soal pembangunan kilang pengolahan gas Blok Masela.
Akibatnya, polemik sudah terlebih dulu terjadi antara Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.
Rizal ingin pembangunan dilakukan di darat, sementara Sudirman ingin pembangunan dilakukan di laut. Sudirman bahkan sempat mengungkapkan bahwa ada koleganya di pemerintahan yang hendak menghambat pembangunan Blok Masela.
Namun, akhirnya, pada Rabu (23/3/2016) lalu, Presiden Jokowi mengumumkan bahwa pembangunan dilakukan di darat.
"Keputusan itu menurut saya terlalu lama sehingga mengakibatkan polemik yang cukup panjang dan tidak perlu. Mestinya, keputusan itu bisa diambil lebih awal sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada investor," kata Fadli saat dihubungi, Jumat (25/3/2016).
(Baca: Presiden Putuskan Blok Masela Dibangun di Darat)
Kendati demikian, Fadli Zon mengaku tetap mengapresiasi keputusan Jokowi bahwa Blok Masela dibangun di darat. Fadli menilai, keputusan bahwa Blok Masela dibangun di darat atau di laut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dengan pembangunan di darat, pemerintah bisa turut melibatkan masyarakat di sekitar lokasi. Namun ada pula masalah sosial, seperti pembebasan tanah.
Sementara itu, jika dibangun di laut, masyarakat tidak akan banyak terlibat dan pengerjaannya akan lebih mahal, tetapi, antara lain, tidak melibatkan masalah pembebasan lahan.
(Baca: Sudirman Said Bantah Kabar soal Mundur dari Kabinet)
"Ya syukurlah, artinya sudah mengambil keputusan. Namun, lain kali, saya kira Presiden kalau mengambil keputusan itu jangan terlalu lama dan jangan membuat suatu proses kegaduhan yang tidak perlu," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.
"Dudukkan saja secara internal, dikaji baik buruknya, kemudian diambil keputusan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang kita tidak perlu dengar di ruang-ruang publik," tambah dia.