Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohamad Burhanudin
Pemerhati Kebijakan Lingkungan

Penulis lepas; Environmental Specialist Yayasan KEHATI

Revolusi Kaum Milenial dan Musim Semi yang Tak Kunjung Tiba

Kompas.com - 21/03/2016, 09:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Seiring dengan itu, Generasi Milenial mendewasa sebagai generasi baru di Indonesia. Mereka tumbuh bersama teknologi digital. Menguasainya dengan sangat baik, dan tergantung erat dengannya dalam hampir semua sendi kehidupan.

Namun, sebagaimana umumnya kelompok masyarakat sipil di Indonesia lainnya, generasi Milenial ini (yang kemudian mengisi sebagian besar slot kelas menengah perkotaan di negeri ini), juga terfragmentasi dalam beragam identitas. Maka tidak heran, ekspresi mereka kerap didasarkan di mana posisi identitas mereka.

Ekspansi dunia digital juga kian mengkristalkan sikap konservatif, dan tak jarang menyuburkan kebencian antarkelompok. Antagonisme yang muncul pun lebih bersifat horisontal daripada vertikal.

Perdebatan yang berbasis identitas, misalnya yang aktual tentang isu LGBT, Syiah-Sunni, ataupun label halal-haram, jauh lebih mengemuka ke ruang publik digital daripada isu-isu struktural terkait Sepuluh Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah yang cenderung berpihak kepada pemilik modal itu.

Kesadaran politik perlawanan kelas yang lemah oleh generasi baru tersebut juga membuat mereka rawan terseret dalam kepentingan politik praktis.

Betapa dalam 1,5 tahun terakhir, sebagian kelas menengah kita, terlalu disibukkan dengan pertarungan berbasis dukungan politik terhadap dua pasangan kandidat presiden-wakil presiden yang bertarung pada Pemilu 2014 lalu.

Kritisisme terhadap pemerintah baru lebih didasarkan karena ekspresi kebencian, sehingga mudah dipatahkan dan distigmatisasi dengan sebutan haters.

Sementara, kelompok kritis yang dipandang netral dan progresif lebih disibukkan bertarung dalam isu-isu identitas. Akibatnya, isu-isu struktural relatif terabaikan. Kalau pun mendapat perhatian, sangat lemah energi yang mendorongnya.

Di pihak lain, kaum oligarki dengan sumber daya ekonomi politik yang mereka miliki, mampu beradaptasi dan membangun konsolidasi yang jauh lebih cepat dan solid dibanding yang mampu dilakukan kelas menengah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Nasional
Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com