Revolusi adalah sejarah manusia, tapi manusia tak pernah bisa memesan kemunculannya. Ia datang dalam situasi yang dipilihnya sendiri. Namun, Ia juga membuka segala kemungkinan untuk terus diupayakan.
Dalam satu dekade terakhir, nyaris tanpa kita sadari, revolusi telah terjadi di negeri ini, bahkan dunia. Tanpa pekik massa dan letusan senjata, anak-anak muda itu telah mengubah kehidupan lewat dunia digital yang terus tumbuh dan berkembang tak tertahankan.
Dengan teknologi digital, mereka tak hanya mengubah ke gaya hidup, tetapi juga kebiasaan, serta pola dan arah perekonomian kini dan ke depan.
Anak-anak muda itu adalah yang kini akrab disebut sebagai generasi milenial atau digital native. Umumnya mereka lahir pada era 1980-an hingga awal 2000-an. Mereka juga dikenal sebagai generasi Y.
Sebuah generasi yang lahir dan tumbuh dengan nyaman dalam lingkungan serba digital. Nyaris sebagian besar renik kehidupan mereka dihantar oleh internet dan dipermudah oleh perangkat jaringan maya.
Mereka membentuk dan mematut diri melalui jaringan media sosial, seperti Twitter, Facebook, Path dan sebagainya. Membangun gaya, model perilaku, dan bahasa-bahasa baru dalam alur komunikasi dan interaksi yang sangat cepat, massif, dan penuh fantasmagoria.
Tidak ada lagi jarak, dan semua saling terkoneksi. Mereka mengubah tatanan nilai dan gaya hidup selama ini menjadi serba digital.
Jumlah mereka sangat besar, dan diyakini akan menjadi yang terbesar di Indonesia pada tahun 2020. Bank Dunia memprediksikan, pada tahun tersebut, jumlah usia produktif akan melonjak hingga 50-60 persen. Kini jumlah usia produktif 15-35 tahun sudah mencapai 40 persen.
Namun, revolusi ini bukan semata perkara data statistik demografi yang menempatkan generasi milenial dalam jumlah yang terbesar.
Kedekatan dan keterpaparan yang begitu lazim oleh dunia digital, membuat generasi ini tampil sebagai yang terdepan dalam kreativitas, pemanfaatan, dan pembentuk tren dalam segala sisi kehidupan melalui perangkat digital.
Mereka menjadi pasar besar yang nan konsumtif, tapi sekaligus pelaku ekonomi yang menciptakan permintaan produktif. Sebagai contoh, Nadiem Makarim dengan Gojek-nya; William Tanuwijaja lewat Tokopedia-nya; atau Ahmad Rizqi Meydiarso melalui Yess Boss-nya.
Tidak hanya di perekonomian, banyak perubahan yang dibawa oleh Generasi Milenial dengan platform digital. Kitabisa.com yang digagas oleh Alfatih Timur bersama Vikra Ijas membawa perubahan di ranah sosial.
Peristiwa terbakarnya Masjid Tolikara pada saat shalat berjamaah Idul Fitri 2015 banyak menimbulkan keprihatinan di berbagai lapisan masyarakat. Berkat platform crowdfunding Kitabisa.com ini, Pandji Pragiwaksono berhasil mengumpulkan dana untuk membangun kembali Masjid tersebut sebanyak Rp 300 juta hanya dalam waktu tiga hari.
Generasi Milenial bukan sekadar generasi manusia dalam bingkai kelompok umur. Dia membentuk gaya hidup, cara pandang, dan perilaku, yang berpengaruh lintas generasi.
Maka tidak heran, tren yang mereka hasilkan membuat orang di luar kelompok generasi Y pun, terutama yang lebih tua, kini banyak yang mengikuti gaya dan perilaku milenial.