Apa yang dilakukan SBY dengan “Tour de Java” ini tidak hanya layak didengar tetapi juga layak didukung. Jokowi yang senang “blusukan” bisa mencurahkan waktu dan energinya untuk urusan lain atau “blusukan” di daerah lain yang selama ini kurang atau tidak mendapat perhatian. Daerah-daerah jauh di luar Jawa misalnya.
Terhadap kritik dan masukan SBY selama tur, memang tidak ada tanggapan langsung dari Presiden Jokowi. Namun, apa yang kemudian dilakukan Jokowi dengan inspeksi mendadak ke Proyek Pusat Olahraga Hambalang yang mangkrak dan menjadikan beberapa kader Partai Demokrat tersangkut kasus korupsi dipahami sebagai jawaban atas kritik itu.
Sedih melihat aset negara di proyek Hambalang mangkrak. Penuh alang-alang. Harus diselamatkan -Jkw pic.twitter.com/LPM3BEfnhS
— Joko Widodo (@jokowi) 18 Maret 2016
Tidak berhenti di situ, sebelum rekomendasi “Tour de Java” dibacakan dengan pokok pertama soal infrastruktur, Jokowi masih lewat Twitter menjelaskan sikapnya. Usai meresmikan jalan tol Surabaya-Mojokerto sebagai kunci membangun sentra ekonomi baru Jawa Timur (19/3/2016), Jokowi menyebut: Bangun infrastruktur jangan ditunda.
Tol Surabaya-Mojokerto ini kunci membangun sentra ekonomi baru Jawa Timur. Bangun infrastruktur jangan ditunda -Jkw pic.twitter.com/yMYZVUhF2Q
— Joko Widodo (@jokowi) 19 Maret 2016
Di hari yang sama, SBY didampingi Ani, Ibas, menantu, dan cucunya mengunjungi Jembatan Suramadu. Jembatan yang lama hanya digagas di pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, direalisasikan pembangunannya dan diresmikan oleh SBY tahun 2009.
Jembatan Suramadu, resmi dibuka th 2009. Infrastruktur yg hingga kini manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat pic.twitter.com/eaoEXviYZz
— | iBas Yudhoyono | (@Edhie_Baskoro) 19 Maret 2016
Di akun Twitternya, Ibas menyebut, Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura sebagai infrastruktur yang hingga kini manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Tidak lupa, SBY, Ani, Ibas, menantu dan cucunya berfoto bersama. Masyarakat yang ada di sekitar jembatan itu juga diajak serta.
Banyak yang memuji langkah cekatan Jokowi yang bersemboyan kerja, kerja, kerja karena hasilnya nyata. Pujian itu disampaikan termasuk untuk kunjungan politiknya yang cekatan ke Hambalang. Dukungan para pemujanya juga dikemukakan melalui media sosial tak kurang-kurang.
Namun, bagi saya, langkah cekatan Jokowi ke Hambalang dan mekanisme pertahanan diri soal infrastruktur adalah tanda awal bahaya. Kritik tampaknya akan sulit diterima.
Oya, apa kabar mantan Ketua DPR Setya Novanto yang dalam rekaman menceritakan pengalamannya berhadapan dengan Presiden Jokowi? Masih ingat, Setya Novanto dalam rekaman itu menyebut apa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.