"Blusukan itu bukan sekadar bicara warisan Pak SBY, melainkan juga pembangunannya yang dihentikan karena banyak kasus korupsi dari sana yang melibatkan tokoh-tokoh Partai Demokrat," ujar Qodari di Jakarta, Sabtu (19/3/2016). (Lihat: "Buat Apa Presiden Repot-repot Sidak ke Hambalang? Apa Hanya Pencitraan?")
Sindiran itu, lanjut Qodari, merupakan balasan dari kritik SBY terhadap pemerintahan saat ini yang dilontarkan selama Tour de Java, hajatan politik SBY. (Lihat: SBY vs Jokowi, Pantun Kritik "Dibalas" Hambalang...)
Qodari mengatakan, balasan Jokowi tersebut berpotensi dijawab kembali oleh SBY sehingga terjadi balas-membalas. Hal itu, menurut dia, wajar terjadi, mengingat pengalaman presiden dan mantan presiden sebelumnya.
"Pukul-memukul, sindir-menyindir terjadi antara SBY dan Megawati. SBY bilang ada apa di Megawati, dibalas SBY, seperti poco-poco. Maju selangkah, mundur selangkah," ujar Qodari.
Melihat situasi politik seperti ini, publik diharapkan untuk tidak larut di dalamnya agar tidak berpotensi menimbulkan gejolak. Masyarakat ada baiknya mengambil substansi dari setiap kritik, bukan malah membesar-besarkannya.
"Kalau ada kritik dari SBY, lihat substansinya. Ada kritik dan manuver dari Pak Jokowi, juga lihat substansinya. Jangan diperbesar jadi kembang politik," kata Qodari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.