Karena itu, ada pandangan sinis pula bahwa generasi Y itu tidak suka diatur, kurang loyal, tidak sabar, dan lebih instan. Anggap saja pandangan sinis itu sebagai pelecut bagi generasi Y.
Di panggung politik, banyak pemimpin generasi Y bermunculan. Sebut beberapa nama, Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan (kelahiran 1989), Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak (kelahiran 1984) dan wakilnya M Nur Arifin (kelahiran 1990), Gubernur Zumi Zola (kelahiran 1980), sebelumnya Gubernur Lampung Ridho Ficardo (kelahiran 1980), dan Bupati Bangkalan Makmun Ibnu Fuad (kelahiran 1987).
Mereka menjadi harapan publik untuk membangun dan menularkan karakter generasi Y menjadi kultur dalam entitas masing-masing.
Pemimpin muda, jika melahirkan semangat dan kultur baru sesuai ciri generasi Y, tentu menjadi "darah segar" yang membawa perubahan sekaligus kesembuhan bagi demokrasi kita yang sakit ini.
Sebaliknya, jika mereka tak mampu keluar dari kooptasi dan justru terwarisi tradisi lama generasi X yang cenderung egois, misalnya, mereka akan menjadi pemimpin yang tunaharapan.
Sekarang ini Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin baru yang muda dan menyegarkan, bukan mencemaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.