Ingat, penyebab perang terbesar yang terjadi sepanjang sejarah dunia, utamanya adalah “border dispute”. Jadi, sangatlah naïf, bila kemudian ada yang berkata dengan enteng bahwa itu hanya soal biasa dan itu hanyalah soal “aviation safety” belaka.
Mereka ini tidak menyadari benar tentang nilai strategis dan nilai ekonomi dari wilayah udara kedaulatan Republik Indonesia di wilayah Selat Malaka tersebut. Nilai Strategis dan nilai ekonomi yang bersandar kepada nilai harga diri kita sebagai sebuah bangsa.
Apabila coba dijelaskan tentang arti penting ini, maka mereka justru mengatakan dengan tanpa beban sama sekali bahwa tidaklah menjadi masalah yang perlu menjadi perhatian. Dan lebih parah lagi, biasanya dilanjutkan dengan penjelasan bahwa tidak mengapa, karena toh kita tidak atau belum memiliki cukup dana serta tidak atau belum memiliki cukup tenaga ahli profesional yang sanggup untuk mengerjakan semua itu yang sampai kini masih dikerjakan oleh pihak Singapura.
Di sinilah tercermin refleksi dari satu sikap yang sangat merendahkan diri sendiri.
Dr Paul Gitwaza mengatakan bahwa, “Inferiority complex begins when you agree that you are nothing. No one is responsible or author of it except yourself.”
Masalah dana dan masalah sumber daya manusia adalah dua hal yang dapat diperjuangkan tergantung kepada kemauan kita sendiri, banyak jalan dan cara untuk memperolehnya tergantung sekali lagi kepada kemauan dan spirit serta semangat juang kita.
Sayangnya, kemauan dan spirit atau semangat juang memang tidak terdaftar dalam kamus orang-orang yang rendah diri.
Ayo bangun, ayo berjuang! Rasa rendah diri adalah jalan tol menuju bangsa kuli!
Jakarta 14 Maret 2016
Chappy Hakim