Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Asvi Warman Adam: Supersemar Mungkin Blunder Bung Karno

Kompas.com - 12/03/2016, 08:17 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Polemik mengenai Surat Perintah 11 Maret 1966 tidak hanya berkutat pada misteri keberadaan surat itu secara fisik. Interpretasi mengenai isi pun menjadi perdebatan.

Keraguan mengenai keberadaan Supersemar bisa dianggap redup setelah Soekarno menyinggung mengenai surat itu dalam pidato kenegaraan pada 17 Agustus 1966.

Namun, polemik mengenai isi tetap bergulir hingga sekarang. Dalam pidato berjudul "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah", Soekarno membantah memberikan transfer kekuasaan.

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Asvi Warman Adam menyatakan bahwa ada penafsiran yang berbeda oleh Pangdam V Jaya saat itu, Brigjen Amirmachmud, yang tetap dilakukan atasannya, Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto.

Kepada wartawan Kompas.com, Kristian Erdianto, Asvi juga menceritakan mengenai sejumlah versi yang beredar saat proses pembuatan Supersemar di Istana Bogor.

Asvi menjelaskan mengenai rumor adanya penodongan oleh jenderal keempat yang hadir di Istana Bogor, yaitu Mayjen Maraden Panggabean.

Berikut keterangan Asvi yang kami sajikan dalam dua tulisan wawancara khusus. Petikan ini merupakan bagian kedua:

Seperti apa proses keluarnya Supersemar, apa keterlibatan Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen M Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud yang menemui Soekarno di Istana Bogor?

Mereka bertiga pergi ke Bogor, rapat di Istana dipimpin sementara oleh Leimena. Dalam sejarah diceritakan bahwa ketiga Jendral ini memutuskan untuk menemani Soekarno yang kesepian di Istana Bogor.

Sebelumnya, mereka datang ke rumah Soeharto untuk meminta izin. Kemudian dari rumah Soeharto, mereka berangkat ke Bogor dan menyampaikan bagaimana kalau Soeharto diberi perintah untuk melakukan pengamanan Presiden dan lainnya.

Kemudian Soekarno menyetujui usul ketiga jenderal tadi?

Itu kan diperdebatkan bagaimana bentuknya. Apakah itu melalui surat atau tidak. Apakah itu lisan? Lisan itu adalah usul Soebandrio. Kemudian Amirmachmud marah dan mendelik matanya pada Soebandrio karena mereka membutuhkan surat, bukan perintah lisan.

Nah kemudian surat itu ada yang diketik pertama dan kemudian dicorat-coret menteri-menteri itu juga, kemudian diketik yang terakhir. Menurut Atmadji (Atmadji Sumarkidjo, penulis buku biografi M Jusuf), Jusuf itu punya ketiga-tiganya. Punya ketikan yang pertama, setelah dicorat-coret, dan tembusan aslinya.

Tapi saya bertanya juga, siapa yang menyimpan? Mungkin istrinya, Eli Sailan. Tapi sekarang Eli Sailan, istri M Jusuf, kan juga sudah meninggal, dan surat itu tidak ditemukan.

Surat itu baru diketik saat tiga jendral ke Bogor untuk menemui Soekarno?

Iya. Mereka datang, baru suratnya diketik oleh Sabur atas perintah Soekarno.

Seperti apa isinya?

Surat perintah untuk pengamanan Presiden. Itu yang pertama baru yang lain-lain, dan semua itu harus melapor pada Presiden. Lalu mereka membawa surat itu. Kemudian Amirmachmud mengatakan, ia membaca, "Loh kalau ini artinya sudah pengalihan kekuasaan".

Tafsirannya seperti itu, lalu diserahkan ke Soeharto. Lalu kata Soeharto, suratnya dibutuhkan oleh Soedharmono dengan stafnya waktu itu Moerdiono, yang waktu itu sedang mempersiapkan konsep untuk pembubaran PKI. Mereka sudah diminta untuk pembubaran PKI, ketika surat itu datang. Mereka punya alasan kuat untuk itu.

Pembubaran PKI tidak ada dalam Supersemar?

Tidak ada di surat itu. Artinya, tafsiran pembubaran PKI ada dari pihak Soeharto dari kalimat melakukan hal yang dianggap perlu untuk mengamankan situasi. Jadi apapun. Itu yang dijadikan dasar untuk pembubaran PKI. Jadi sangat sakti surat itu.

Dan ketika kemudian Soekarno tahu PKI dibubarkan, ia memanggil Soeharto dan marah. Ia minta surat itu untuk dicabut. Tapi Soeharto menolak. Jadi artinya Soekarno melihat kekeliruan di situ, tapi Soeharto tetap melanjutkan yang dilakukannya.

Supersemar itu sendiri bukan pengalihan kekuasaan, tapi hanya untuk memberikan mandat?

Mandat untuk pengamanan masyarakat dan ia dan keluarganya. Tapi kemudian ditafsirkan pengalihan kekuasaan oleh Amirmachmud, dan itu dilaksanakan Soeharto.

Saat Soeharto membubarkan PKI, Soekarno kan tidak mau Pak? Reaksi Soekarno bagaimana?

Soekarno marah dan memerintahkan beberapa orang untuk membuat surat untuk menyatakan Supersemar tidak sah. Misalnya kita baca dalam beberapa biografi. AM Hanafi, Duta Besar di Kuba, misalnya dia yang disuruh untuk menghubungi beberapa orang dan menyebarkan surat untuk membantah Supersemar.

Dia tidak punya jalur lagi. Ia coba menghubungi bekas Panglima AU, Suryadharma. Tapi Suryadharma mengatakan, ia tidak punya lagi saluran untuk itu. Pers juga tidak mau memberitakan.

Istimewa/Arsip Kompas Presiden RI ke I Soekarno dan Jenderal Soeharto
Jadi setelah Supersemar itu, tentara pasti melihat Soeharto potensi untuk mengganti Soekarno? Apa tidak ada reaksi dari AL dan AU?

AU langsung diberi stigma dengan peristiwa itu. AU dikatakan terlibat dengan PKI. Soeharto dalam pidatonya 5 Oktober 1965 bahwa AU ada yang terlibat dengan PKI. Sejak awal, Soeharto sudah menyatakan sikapnya, memarahi AU.

Angkatan yang lain itu dibersihkan. Semua pendukung Soekarno langsung ditangkap dan diberhentikan, tapi tidak seketika. Proses berjalan terus gitu dan itu secara berantai. Satu ditangkap kemudian ditanya teman kamu siapa.

Setelah Supersemar diterima Soeharto? Kemungkinan yang menyimpan itu Soeharto sendiri atau ada orang lain?

Tadi kan prosesnya, Supersemar dibutuhkan untuk konsep pembubaran PKI. Artinya pernah dibawa ke tempat Sudarmono. Dikatakan di sana dilakukan penggandaan. Tidak ada mesin fotokopi, artinya penggandaan itu diketik ulang.

Karena diketik ulang atau dengan stensil, sangat masuk akal terjadinya perubahan-perubahan ketika orang mengetik ulang. Aslinya dua halaman, tapi digandakan jadi satu halaman. Kotanya kemudian berbeda Jakarta dan Bogor karena penulisan kembali.

Informasi soal penggandaan didapat dari siapa?

Dari biografi Sudarmono dan Moerdiono. Mereka mengatakan digandakan. Moerdiono mengatakan tidak melihat penggandaannya karena dia masih Kapten jabatannya.

Ada versi lain perekaman Supersemar?

Ada versi yang lain dari anak buah Ali Moertopo dari Polaroid. Tapi saya sendiri tidak pernah lihat aslinya yang Polaroid. Tapi ada upaya pengakuan itu.

Selain mereka, ada jendral juga yang ikut mengkopi tapi saya lupa namanya, entah Sularso atau siapa. Ada kemungkinan yang memegang surat itu  dia dan menyampaikan pada Sudarmono.

Pada saat itu apakah Badan Arsip Nasional sudah ada?

Badan Arsip Nasional sudah ada. Di dalam situasi seperti itu, yang gawat itu, tidak terpikirkan untuk mengarsipkan hal itu. Tahun 1998 baru Arsip Nasional melakukan hal positif itu. Arsip Nasional langsung meminta pada Setneg itu surat Soeharto menyatakan berhenti jadi Presiden.

Jadi surat asli Soeharto berhenti ada di arsip. Itu sangat penting karena di buku-buku Soeharto ditulis mengundurkan diri. Kenyataannya tidak. Soeharto menyatakan berhenti menjadi Presiden. Itu kan beda.

Secara hukum, kalau ia mengundurkan diri. Ia harus mengajukan surat pengunduran diri kepada MPR dan diterima atau tidak. Tapi kalau ia menyatakan berhenti. Ya sudah saya berhenti dan itu suratnya ada. Disimpan dengan penjagaan berlapis-lapis. Itu belajar dari kesalahan Supersemar.

Ada versi yang menyebut bahwa Soekarno ditekan untuk mengeluarkan Supersemar, bahkan ditodong senjata api. Ada kemungkinan itu?

Saya menggunakan istilah "ditekan" bukan "dipaksa". Dipaksa dalam arti penodongan juga saya bantah karena tidak mungkin. Karena di sana ada pasukan Tjakrabirawa, ring 1, ring 2, dan ring 3. Prajurit yang tidak ada hubungannya dengan Presiden, tidak akan masuk ke Ring 1.

Jadi tidak mungkin juga ada jenderal yang berani menodong Soekarno. Saya juga tidak yakin Panggabean (Mayjen Maraden Panggabean) itu berani. Jadi tidak dipaksa, tapi ditekan. Istilah yang tepat adalah ditekan. Tidak hanya oleh tiga orang jendral, tapi oleh serangkaian kejadian dan peristiwa yang menyebabkan Soekarno tidak punya pilihan lain selain Soeharto.

Dampak politik dari Supersemar?

Itu kan selangkah lagi untuk mengambil kekuasaan. Betul kalau dikatakan dampaknya kalau surat itu adalah kunci pengambilalihan kekuasaan. Jadi kalau pakai itu, tinggal diputar kuncinya dan dapatlah kekuasaan.

Dari satu kalimat itu: "mengambil suatu tindakan yang dianggap perlu." Itu mungkin blunder yang dilakukan Bung Karno, oleh seorang sipil, dengan perintah yang tidak jelas pada seorang tentara.

Karena perintah terhadap tentara seharusnya itu kan terbatas dan jelas waktunya. Blunder yang dilakukan oleh seorang sipil dengan memberi perintah kepada seorang tentara dengan tidak jelas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siap Terima Putusan MK, Anies: Seperti Sepak Bola, Kemungkinan Menang atau Tidak

Siap Terima Putusan MK, Anies: Seperti Sepak Bola, Kemungkinan Menang atau Tidak

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Bela Gibran, Yusril Incar Jabatan?

GASPOL! Hari Ini: Bela Gibran, Yusril Incar Jabatan?

Nasional
Jokowi dan Ma'ruf Amin jadi Saksi Nikah Putri Bamsoet

Jokowi dan Ma'ruf Amin jadi Saksi Nikah Putri Bamsoet

Nasional
Muhaimin Sebut Kader PKB Mulai Pendekatan ke Sejumlah Tokoh untuk Pilkada 2024

Muhaimin Sebut Kader PKB Mulai Pendekatan ke Sejumlah Tokoh untuk Pilkada 2024

Nasional
Soal Pilkada Sumut, Muhaimin Bilang Belum Ada yang Mendaftar ke PKB

Soal Pilkada Sumut, Muhaimin Bilang Belum Ada yang Mendaftar ke PKB

Nasional
PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

Nasional
Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Nasional
Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Nasional
Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Nasional
PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

Nasional
Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Nasional
Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com