Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Asvi Warman Adam, Soekarno Tidak Hanya Dilemahkan...

Kompas.com - 12/03/2016, 07:07 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

Siapa yang mendukung Soeharto?

Dukungan tentunya sudah ada dari mahasiswa. Tanggal 15 Desember 1965, Soeharto itu sudah ke Cipanas. Ada satu kejadian yang tidak disebutkan dalam sejarah. Tanggal 15 Desember 1965 itu ada rapat di Istana Cipanas tentang nasionalisasi Caltex. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh.

Ketika itu, Soeharto dengan menggunakan helikopter, datang ke Istana Cipanas, turun dari helikopternya dan mengatakan Angkatan Darat tidak setuju nasionalisasi Caltex. Setelah itu, dia naik ke helikopternya dan kembali ke Jakarta. Nah ini kan sangat dramatis. Cuma mau ngomong seperti itu saja, kenapa enggak naik mobil.

Berarti, apa yang ingin dikatakan oleh Soeharto itu adalah sesuatu yang sangat urgen dan darurat. Persoalannya adalah, ketika isu nasionalisasi aset Caltex itu muncul, Presiden  Amerika sudah mengeluarkan semacam ultimatum. "Kami tidak mau diganggu."

Di suratnya ke Kedutaan Amerika ada pernyataan bahwa ia tidak menghendaki perusahaan mereka dicaplok. Jelas apa yang dikatakan Soeharto bukan perintah dari Soekarno. Saat itu ekonomi sedang susah. Menurut saya, itu reaksi dari Soeharto dan Angkatan Darat, menganggap ada pihak yang perlu didukung.

Soeharto meminta dukungan dari AS?

Bukan meminta, melainkan sudah menyampaikan keberpihakannya.

Selain tentara dan juga mahasiwa, pengalihan kekuasaan juga didukung oleh pihak asing seperti Amerika Serikat?

Oh iya, dia sudah memperlihatkan sikap seperti itu. Seperti yang pernah ditulis oleh Baskara Wardaya, Amerika saat itu masih ragu, siapa yang perlu didukung setelah Soekarno, apakah Nasution atau Soeharto.

Soeharto sebelum tanggal 30 September itu tidak dikenal oleh Amerika, tetapi kalau Nasution sudah tampil sebelumnya. Dia sudah KSAD, Soeharto tidak dikenal, tetapi kemudian secara bertahap dia memperlihatkan sekali.

TNI saat itu satu suara untuk mendukung Soeharto?

Kalau menurut saya, tentara itu terbelah menjadi dua faksi. Jelas semua tentara itu anti-terhadap komunis. Tetapi, mereka terbelah, antikomunis, tetapi mendukung Soekarno, tokohnya Ahmad Yani dan antikomunis yang tidak suka dengan Soekarno, itu Nasution.

Dengan terbunuhnya 6 orang jenderal itu, faksi yang maakin kuat adalah kelompok yang dekat dengan Nasution, tentara- tentara yang tidak suka kepada Soekarno. Nasution kan sebenarnya tidak dipercaya atau tidak dianggap oleh Soekarno. Enam jenderal yang dibunuh saat G 30 S adalah jenderal-jenderal yang antikomunis, tetapi dekat dengan Soekarno, mendukung Soekarno.

KOMPAS Salinan Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar
Sedikit demi sedikit, tentara yang mendukung Soekarno itu dibersihkan walaupun pada awalnya dipakai, misalnya Ibrahim Aji. Dia antikomunis dan pendukung Soekarno. Awal-awal dia dipakai, kemudian lama-lama disingkirkan dengan cara "didubeskan".

Kalau tidak salah dia Dubes Inggris, di zaman Soeharto. Pak Sarwo Edhi juga seperti itu. Ada upaya untuk menceritakan versi Sarwo Edhi yang baru, bukan sekadar anak buah Soeharto. Versi lain terkait Sarwo Edhi bahwa 2 Oktober itu Sri Mulyono Herlambang datang dari Medan bersama Soebandrio dan kemudian bertemu dengan Sarwo Edhi di Halim.

Kata Sri Mulyono, kalau ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi yuk kita pergi ke Bogor. Sri Mulyono dan Sarwo Edhi pergi ke Bogor dan Sarwo Edhi tidak melapor ke Soeharto perihal menemui Soekarno.

Versi yang ingin dibangun, saat itu sudah mulai muncul ketidaksenangan Soeharto kepada Sarwo Edhi. Soeharto beranggapan Sarwo juga bisa mendekat dengan Soekarno, tetapi kemudian dia diberi penugasan untuk menumpas PKI. Namun, setelah itu selesai, dianggap populer, kemudian disingkirkan.

mu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com