Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei BPS: Masyarakat Pedesaan Lebih Memaklumi Budaya Korupsi

Kompas.com - 22/02/2016, 15:53 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia cenderung menurun pada dua tahun terakhir. Jika pada 2014 sebesar 3,61, pada 2015 menjadi 3,59.

Jika dilihat berdasarkan karakteristik demografi, IPAK masyarakat di wilayah pedesaan selalu lebih rendah daripada IPAK masyarakat di wilayah perkotaan. Hal ini menunjukkan masyarakat pedesaan yang lebih memaklumi perilaku koruptif.

Pada 2012 IPAK masyarakat pedesaan sebesar 3,46, tahun 2013 sebesar 3,55, tahun 2014 sebesar 3,51, dan tahun 2015 sebesar 3,46. Adapun IPAK masyarakat perkotaan pada 2012 sebesar 3,66, sedangkan untuk tiga tahun setelahnya konstan sebesar 3,71.

Semakin IPAK mendekati angka 5 makan menunjukkan masyarakat semakin berperilaku anti-korupsi. Sebaliknya, jika IPAK semakin mendekati nol menunjukkan bahwa masyarakat permisif terhadap korupsi.

"IPAK 2015 di wilayah pedesaan sebesar 3,46 merupakan yang terendah menyamai IPAK 2012," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin di Kantor BPS, Jakarta, Senin (22/2/2016).

Suryamin juga memaparkan nilai IPAK berdasarkan karakteristik pendidikan. Dimana nilai IPAK masyarakat dengan pendidikan di atas SLTA lebih tinggi ketimbang IPAK masyarakat berpendidikan SLTA atau SLTP ke bawah.

(Baca: BPS: Tiga Tahun Terakhir, Masyarakat Semakin Membenci Korupsi )

Untuk tahun 2015, nilai IPAK masyarakat berpendidikan SLTA ke atas sebesar 4,00. Sementara nilai IPAK masyarkat berpendidikan SLTA sebesat 3,80 dan IPAK masyarakat berpendidikan SLTP ke bawah 3,49.

"Tampak bahwa semakin tinggj pendidikan masyarakat, maka cenderung semakin anti korupsi," kata Suryamin.

Survei Perilaku Anti Korupsi dilakukan BPS setiap tahunnya sejak 2012. Untuk 2015 survei dilaksanakan pada bulan November dan mencakup 33 provinsi, 170 kabupaten/kota (49 kota dan 122 kabupaten) dengan jumlah sampel 10.000 tumah tangga.

Data yang dikumpulkan mencakup pendapat terhadap kebiasaan di masyarakat dan pengalaman berhubungan dengan layanan publik dalam hal perilaku penyuapan, pemerasan, dan nepotisme.

Contoh pertanyaan penyuapan adalah terkait pengalaman masyarakat memberikan uang lebih untuk mempercepat proses pengurusan Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga. Sementara contoh pertanyaan pemerasan adalah pengalaman masyarakat saat diminta uang lebih oleh petugas dalam mengurus sertifikat tanah.

Sedangkan contoh pertanyaan survei untuk nepotisme adalah pengalaman masyarakat ditawari bantuan oleh saudara atau teman untuk dapat diterima menjadi pegawai negeri atau swasta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com