JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek pembangunan Masjid Istiqlal memang dibuat di masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Namun, tidak berarti ketika Soekarno jatuh dari kekuasaannya mengakibatkan pembangunan masjid yang diproyeksikan sebagai salah satu masjid yang terbesar di dunia itu terhenti.
Pembangunan Masjid Istiqlal memang sempat vakum pada 1965. Situasi politik yang tidak menentu pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965, jadi alasan terhentinya pembangunan Istiqlal.
Saat Orde Baru naik ke tampuk kekuasaan, proyek pembangunan Istiqlal pun kembali dimulai.
Dilansir dari buku Mengenal Istiqlal yang diterbitkan Badan Pelaksana Pengelolaan Masjid Istiqlal, pembangunan dipelopori Menteri Agama Muhammad Dahlan. Adapun Idham Chalid ditunjuk sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Pidato Soeharto
Meski proyek pembangunan sedang berlangsung, bukan berarti Masjid Istiqlal belum pernah digunakan. Dalam beberapa kesempatan, masjid itu juga dipakai Presiden Soeharto untuk melaksanakan shalat Idul Fitri, Idul Adha, dan perayaan Nuzulul Quran.
Namun, Presiden Soeharto baru meresmikan penggunaan Masjid Istiqlal pada 22 Februari 1978.
Dikutip dari arsip Harian Kompas (23/2/1978), peresmian ditandai dengan pemasangan prasasti bertanda tangan Soeharto di area tangga pintu As-Salam. Sedangkan Ibu Negara Tien Soeharto tidak mau kalah dan ikut melakukan upacara gunting pita.
Soeharto mengingatkan, meski Indonesia sudah merdeka, namun masih ada perjuangan lain yang lebih besar. Perjuangan itu adalah melawan hawa nafsu.
Pesan Soeharto ini seperti berlawanan dengan "sejarah" Istiqlal, yang lahir atas ambisi Soekarno untuk menciptakan masjid termegah dan terindah. Entah apakah pesan ini sengaja disampaikan Soeharto saat itu.
Selain itu, Soeharto juga menitipkan pesan agar Masjid Istiqlal jangan sampai dikuasai satu golongan saja.
Soeharto juga tidak ingin masjid terbesar di Asia Tenggara itu dimanfaatkan untuk kepentingan selain ibadah.
"Kita harus jadikan masjid ini cermin wajah kehidupan ummat Islam Indonesia dan bangsa Indonesia umumnya, dengan sifat-sifat takwa, nilai-nilai moral luhur, dan sifat rukun serta bersatu.