Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat Paripurna DPR Bahas Revisi UU KPK Ditunda

Kompas.com - 11/02/2016, 13:39 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat paripurna yang sedianya digelar DPR, Kamis (10/2/2016) siang, ditunda. Rencananya, salah satu agenda rapat tersebut, yakni menetapkan pembahasan revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai inisiatif DPR.

Penetapan tersebut merupakan tindak lanjut atas rapat panja harmonisasi Badan Legislatif yang digelar pada Rabu (9/2/2016).

Dari sepuluh fraksi, sembilan diantaranya menyatakan setuju pembahasan revisi UU KPK dilanjutkan ke tahap berikutnya. Hanya Fraksi Gerindra yang menolak revisi dilanjutkan.

"(Paripurna) ditunda sampai Kamis mendatang. Kita minta tidak boleh terburu-buru dilakukan pembahasan revisi UU KPK," kata Ketua Baleg Supratman Andi Agtas di Kompleks Parlemen.

Ia mengatakan, keputusan penundaan rapat paripurna tersebut diambil di dalam rapat konsultasi pengganti Bamus hari ini. (baca: Kewenangan SP3 bagi KPK Dikhawatirkan Diperjualbelikan)

Fraksi Demokrat yang sebelumnya setuju pembahasan dilanjutkan, tiba-tiba meminta untuk ditunda.

"Tadi teman-teman Demokrat mengatakan belum setuju dibawa ke paripurna hari ini," kata dia.

Perubahan sikap Fraksi Demokrat, diketahui menyusul adanya instruksi Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. (baca: SBY Tiba-tiba Instruksikan F-Demokrat Tolak Revisi UU KPK)

SBY menilai, revisi UU KPK saat ini menjadi isu yang sensitif karena masih banyak kasus korupsi yang terjadi. (baca: PDI-P Kritik Sikap SBY yang "Balik Badan" soal Revisi UU KPK)

Sementara itu, Supratman yang juga merupakan politisi Gerindra itu mengatakan, revisi UU KPK dikhawatirkan hanya akan melemahkan lembaga antirasuah itu.

Sebab, tidak ada jaminan jika revisi dilakukan, hanya empat poin yang akan dibahas di dalam revisi tersebut.

Sementara, lanjut anggota Komisi III DPR itu, pembahasan terhadap empat poin itu sudah cukup melemahkan KPK. (baca: Ruhut Tagih Janji Jokowi untuk Kuatkan KPK)

Keempat poin itu, yaitu terkait rencana pembentukan Dewan Pengawas, penyadapan, pengangkatan penyidik independen dan wewenang penerbitan pengentian penyidikan.

"Kalau itu dilakukan itu bukan sekedar melemahkan KPK, tapi juga bisa membunuh KPK. Empat poin pembahasan itu kalau dibahas, tamat riwayat KPK," tegasnya. (baca: "Keinginan Revisi UU Hanya Dilandasi Ketidaksukaan terhadap KPK")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com