"Saya tidak mau masyarakat yang saya cintai mati karena saya," lanjut salah seorang tenaga penyelidik di Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri tersebut.
Keputusan menembak mati pelaku teror itu diambil Untung setelah mempertimbangan situasi. (Baca: Dilempar Granat dan Jadi Sasaran Tembak, Kisah Ipda Tamat Lawan Teroris Sarinah)
"Yang meledak kemarin itu kan yang kecil-kecil. Yang begitu saja, pakunya ternyata bisa sampai ke gedung seberang," ujar Untung.
Ketika itu ia menduga pelaku membawa bom yang lebih besar di punggungnya sehingga dinilai lebih membahayakan jika bom tersebut meledak.
"Lalu saya duga ada bom lebih besar yang dibawa di punggungnya. Kalau dia ambil picu lalu meledak, selesai semuanya," lanjut dia.
Dugaan Untung menjadi benar. Ia mengatakan bahwa polisi menemukan bom skala besar yang tersimpan di ransel salah satu pelaku yang bernama Sunakim alias Afif tersebut setelah pelaku dilumpuhkan.
"Kekuatan bom yang besar itu dua puluh kali lebih besar dari granat," ujar dia. (Baca: Cerita AKBP Deddy Tembak Mati Satu Teroris di Depan Starbucks)
Persoalan pelaku tewas sehingga tak dapat diambil keterangannya, Untung enggan berkomentar lebih jauh. Yang pasti, ia yakin langkah yang diambilnya tersebut sudah sesuai kebutuhan saat peristiwa teror itu terjadi.