Ia dan seniornya, AKBP Untung Sangaji, sontak berlari ke sumber bunyi ledakan. Derap langkah Tamat dan Untung melawan arus karyawan perkantoran setempat yang berlarian masuk ke dalam gedung.
“Setelah kami cek, ternyata ledakan itu dari Pos Polisi Jalan Thamrin. Kami langsung lari ke arah sana,” ujar Tamat saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (15/1/2016).
Instingnya langsung bekerja. Sepucuk pistol pun digenggamnya sambil mendekati pos polisi itu.
Pos polisi ketika itu dalam kondisi rusak. Asap putih masih tersisa sedikit di udara. Tiga orang pria, tidak jelas siapa, tampak tergeletak di sisi barat pos. Satu di antaranya rusak tubuhnya.
Pengamatan Tamat dan Untung buyar setelah mendengar suara lirih meminta tolong dari dalam pos. Dia lalu mendekat ke sumber suara tersebut. Di dalam pos, tampak seorang anggota Polantas bersimbah darah sambil melambai-lambaikan tangannya.
Polantas itu mengalami luka di bagian pinggang ke bawah. Tamat kemudian meminta siapa pun yang ada di sekitar untuk mendatangkan mobil.
Aktivitas itu lantas memancing perhatian puluhan warga. Mereka berkerumun sekitar 10 meter dari Pos Polisi.
“Dor!” “Dor!”, tiba-tiba bunyi tembakan pecah di udara. Kerumunan warga di sekitar pos polisi seketika berhamburan ke segala arah.
Mereka berteriak karena ketakutan. Suasana pun semakin mencekam.
“Pas ada suara tembakan itu, ada orang, sipil sepertinya, tiba-tiba jatuh begitu saja ke aspal. Saya dan Bang Untung lari ke samping Sarinah untuk berlindung,” ujar Tamat.
Dilempar granat
Dari posisi berlindung Tamat dan Untung, ia melihat pelaku berjalan ke pelataran parkir depan Starbucks sampai menghilang dari pandangan. Seiring dengan itu, baku tembak terjadi di antara mereka.
Tiba-tiba, “Duarr...” ledakan kedua kembali terdengar. Entah di mana, tetapi Tamat mendengar jelas dan keras. Tamat tetap fokus kepada pelaku yang berada di depan pelataran Starbucks.