Demikian pendapat yang diutarakan Ketua Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hamdi Muluk dalam sebuah diskusi bertajuk "Inspiring Leader" di Auditorium Pusat Studi Jepang UI, Depok, Rabu (13/1/2016).
Menurut Hamid, di samping bebas dari sikap tercela, pemimpin harus membuat gebrakan dalam hal kebijakan. Tidak hanya sekedar menjalankan rutinitas pekerjaan sebagai pejabat atau bussiness as usual.
"Banyak yang beralasan soal dana yang kurang. Kan seharusnya dia bisa mengubah hambatan itu menjadi peluang. Tidak lantas langsung menyerah begitu saja," kata pakar psikologi politik itu.
Ia mengaku masih menjumpai banyak pegawai negeri atau pejabat publik yang miskin imajinasi. Artinya mereka jarang sekali menciptakan inovasi-inovasi baru untuk memajukan daerahnya.
"Seharusnya seorang pemimpin itu memiliki passion untuk memajukan kesejahteraan publik," lanjut Hamdi.
Turut hadir sebagai narasumber di acara tersebut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah dan Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Syamsuddin Haris.
Senada dengan Hamdi, Syamsuddin mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan orang-orang yang baik dan berkarakter. Harus ada sistem yang memungkinkan orang-orang ini muncul sebagai pemimpin.
Demokrasi Indonesia yang semakin dewasa pada akhirnya akan melahirkan tokoh-tokoh pemimpin yang memiliki kualitas dalam membangun bangsa dan daerah. Buktinya saat ini mulai bermunculan sosok pemimpin muda yang inspiratif.
"Indonesia itu luas dan membutuhkan pemimpin-pemimpin daerah yang mumpuni sehingga antardaerah nantinya bisa saling bersinergi untuk membangun Indonesia di segala bidang. Kita bisa lihat dampak positif otonomi daerah dan pilkada langsung menghasilkan pemimpin-pemimpin muda yang inspiratif," papar Syamsuddin.
Ia pun menjelaskan bahwa indikator sebuah daerah itu dipimpin dengan baik bisa dilihat dari seberapa besar peningkatan pelayanan publik, daya saing ekonomi masyarakat, tata kelola pemerintahan, dan fasilitas kesehatan serta pendidikan.
"Sekarang yang terpenting adalah menemukan caranya menominasikan orang-orang baik dan berkualitas sebagai pemimpin agar ikut dalam kontestasi amanat publik," ucap Syamsuddin di sela-sela diskusi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.