Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Investasikan Rp 18 Triliun untuk Pesawat Tempur KF-X/IF-X

Kompas.com - 07/01/2016, 15:49 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menginvestasikan Rp 18 triliun dalam kontrak Kesepakatan Pembagian Biaya (CSA) pengembangan program pesawat tempur KF-X/IF-X yang dkerjakan bersama antara Indonesia dan Korea Selatan.

"Sebanyak Rp 18 triliun. Itu yang kita keluarkan," kata Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, di Jakarta, Kamis (7/1/2015). 
 
Dana sebesar itu belum sampai ke lini produksi massal melainkan baru di tingkat produksi purwarupa, yang dicadangkan sebanyak tiga unit.
 
Informasi tambahan menyatakan, diperlukan enam purwarupa dengan biaya keseluruhan Rp 111 triliun. Dalam tahapan ini, Indonesia menanggung 20 persen keperluan biaya. 
 
Jika program ini tetap berlanjut sampai lini produksi, belum diungkap harga per unit KF-X/IF-X. Selain itu, belum diungkap pula spesifikasi yang akan diterapkan bagi kedua negara pengguna, Indonesia dan Korea Selatan. 

Jumlah itu, kata dia, merupakan 20 persen dari nilai keseluruhan biaya proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, di mana pihak Korea Selatan akan membiayai 80 persen dari total proyek.

KF-X/IF-X untuk Indonesia diproyeksikan selesai pada 2025 dan Indonesia memerlukan dua skuadron KF-X/IF-X, yang akan dibiayai melalui mekanisme berbeda. 
 
Pembuatan dua unit pesawat purwarupa akan dilakukan di Korea Selatan dan satu unit pesawat sisanya dirakit di Indonesia.

Pengerjaan pembuatan pesawat tersebut juga melibatkan ilmuwan dari kedua negara.

"Satu dua di sana, tapi satu itu 20 persen orangnya (Indonesia), yang kedua 50 persen, yang ketiga di sini 80 persen," kata dia.

Pesawat tempur KF-X/IF-X yang akan dibuat oleh Korea Selatan dan Indonesia tersebut merupakan generasi paling baru.

"Itu generasi 4.5, lebih tinggi dari F-16," ujar Ryamizard. 

 
Generasi terakhir F-16 adalah F-16 Block 60, yang diberi nama Viper. Generasi itu lebih canggih daripada varian terkini, yaitu F-16 Block 52. Bahkan, Amerika Serikat belum menerbangkan F-16 Viper pada jajaran arsenalnya. 

Ryamizard mengatakan, seluruh komponen KF-X/IF-X menggunakan pengembangan dari Korea Selatan, tanpa melibatkan perusahaan negara lain seperti Amerika Serikat atau Perancis.

"Nanti dikembangkan di Korea, dituntaskan semua di sana," ucapnya.

Dia menekankan, Indonesia ke depan harus mampu membuat pesawat tempur produksi sendiri. Selain itu, Ryamizard ingin Indonesia berhenti membeli dari negara lain guna meningkatkan kemampuan pertahanan udara.

Bahkan, ia mengatakan Indonesia akan bisa memproduksi pesawat tempur untuk dijual kembali ke negara lain.

Kementerian Pertahanan menandatangani kontrak Cost Share Agreement (CSA) dengan Korea Aerospace Industries (KAI) sebagai tanda mulai pelaksanaan tahap kedua pengembangan program pesawat tempur KF-X/IF-X antara Indonesia-Korea Selatan.

Penandatanganan kontrak CSA dilakukan antara Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Timbul Siahaan, dan Presiden sekaligus CEO KAI Ltd, Ha Sung Yong.

Selain itu, juga ditandatangani kontrak Work Assignment Agreement (WAA) antara Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso dan CEO KAI Ltd yang disaksikan Ryacudu dan Menteri Urusan Program Administrasi  Minister Pembelian Produk Pertahanan Korea Selatan (DAPA), Chang Myoungjin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com