Saat itu, Djoko menanyakan apakah Daniel mengalami kendala dalam bertugas. (Baca: Lima Tahun Bersama SBY, Daniel Sparringa Kadang "Geram" terhadap Media )
"Memang kami agak kewalahan, ada banyak kegiatan yang tidak bisa didukung oleh APBN untuk kami. Sementara tiap tahun, kami terima beda-beda jumlahnya, sekitar Rp 1,5 miliar tapi terpakai Rp 170 atau Rp 200 juta. Sebagaian besar kembali, padahal penting untuk tugas-tugas kami," ujar Daniel, Kamis (19/11/2015).
Hal tersebut disampaikan Daniel saat bersaksi sidang kasus dugaan korupsi yang menyeret mantan Menteri ESDM Jero Wacik hari ini.
Daniel menjelaskan, sejumlah kegiatan yang tidak bisa ditutupi dengan APBN itu, misalnya uang transport lembur, bertemu aktivis, dan sejumlah kegiatan lain yang sifatnya mendadak dan butuh waktu cepat untuk dilakukan.
Namun, pengeluaran itu ternyata tidak diakomodasi oleh anggaran. (Baca: Mantan Anak Buah Jero Wacik Akui Ada Uang Bulanan ke Daniel Sparringa )
"Sering kali jawabannya tidak bisa reimburs dan diganti. Banyak usulan dicoret," kata Daniel.
Dua bulan setelah pertemuan itu, Daniel kembali bertemu dengan Djoko. Saat itu, Djoko menyampaikan bahwa Jero siap membantu dana operasional tambahan untuk kantor staf khusus presiden.
Beberapa hari kemudian, Daniel dihubungi staf Kementerian ESDM bernama Atena Falahti dan menyampaikan bahwa Jero menitipkan uang untuknya.
Uang tersebut kemudian diterima Daniel melalui asistennya, Reza Akbar. (Baca: Jero Wacik Beri Rp 610 Juta untuk Biaya Operasional Daniel Sparringa )
Penerimaan pertama terjadi pada November 2011 sebesar Rp 25 juta. Daniel mengatakan, pemberian terus dilakukan dan jumlahnya terus bertambah hingga Rp 40 juta sampai Juni 2013. Sehingga total uang yang diterimanya sebesar Rp 637 juta.
Daniel mengatakan, belakangan pemberian uang dari Kementerian ESDM terus terlambat sampai dia harus menghubungi dan menanyakan apakah uangnya sudah tersedia.
Bahkan, pada satu kesempatan, Daniel menanyakan ke Jero soal uang dari Kementerian ESDM yang tak kunjung dia terima.
Saat itu, Jero mengatakan bahwa dia akan menanyakan ke stafnya yang mengurusi pemberian uang ke kantor stafsus presiden. Akhirnya, pada Juli 2013, Daniel memutuskan untuk tidak lagi mengharapkan uang operasional tambahan dari Kementerian ESDM.
"Sampai saya memutuskan, sudah tidak usah lagi ditanyakan. Ini kok seolah kebalik, kayak kita yang minta. Jadi Juni itu terakhir," kata Daniel.