PEKANBARU, KOMPAS.com — Mantan Menteri Dalam Negeri era Presiden BJ Habibie, Letnan Jenderal (Purn) Syarwan Hamid menyatakan mundur dari Partai Persatuan Indonesia pimpinan Hary Tanoesoedibjo.
Syarwan baru bergabung dalam Partai Persatuan Indonesia (Perindo) sebagai Ketua Dewan Penasihat pada 8 Oktober lalu, atau hanya berjalan selama 41 hari.
"Ada persoalan yang mengganggu antara saya dan dia (Hary). Masalah itu sebenarnya sepele. Namun, saya tidak diberi ruang untuk menyelesaikannya. Berulang kali saya mencoba bertemu untuk menyelesaikan, ajudannya selalu menjawab kalau dia tidak punya waktu. Saya merasa dia tidak memiliki etika dan tata krama sebagai orang Timur," ujar Syarwan Hamid dalam pertemuan dengan wartawan di Gedung Lembaga Adat Melayu Riau, di Pekanbaru, Selasa (17/11/2015).
Syarwan mengungkapkan, persoalan bermula saat acara partai di Manokwari, beberapa pekan lalu. Masalah timbul dalam sebuah acara makan siang di kediaman Wakil Gubernur Papua Barat di Manokwari.
Hary berpindah posisi duduk, tidak berdekatan dengan Syarwan yang makan semeja dengan Wagub. Syarwan merasa ada yang tidak pas, dan ia ingin membicarakannya dengan Hary. Hary menolak dan mengatakan bahwa hal itu dapat disampaikan di pesawat saja.
Pembicaraan di pesawat batal. Sesampainya di Jakarta, Syarwan berkali-kali mencoba menghubungi Hary untuk membahas persoalan.
Lagi-lagi, tidak ada waktu yang disediakan Hary. Terakhir, Syarwan kembali menyatakan ingin bertemu dengan membawa berkas berisi lima poin saran untuk perkembangan partai. Namun, Hary kembali tidak dapat ditemui.
"Saya tidak dapat menerima sikap seperti itu. Semestinya, ada perilaku dan tata krama Timur menghormati orang yang lebih tua, apalagi saya sudah menganggapnya sebagai anak. Saya tidak tahu apa alasannya tidak memberi peluang untuk bicara. Saya masuk ke partai bukan karena menginginkan jabatan politik. Saya hanya ingin membagi pengalaman kepada orang-orang muda," kata Syarwan.
Kecewa
Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Al Azhar, yang mendampingi Syarwan dalam pertemuan, mengungkapkan, Syarwan tidak layak diperlakukan tidak hormat oleh siapa pun, termasuk pemimpin partai seperti Hary Tanoesoedibjo.
LAM merasa kecewa dengan Perindo yang memperlakukan tokoh Melayu bergelar Datuk Lela Setia Negara itu dengan tidak hormat.
"Selaku lembaga yang memberi gelar kehormatan itu, kami Lembaga Adat Melayu bertanggung jawab menjaga marwah dan kehormatan yang bersangkutan (Syarwan). Kami tidak dapat menerima perlakuan seperti itu," kata Al Azhar.
Entah ada hubungannya atau tidak, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo pada Rabu (18/11/2015) berencana berkunjung ke Pekanbaru untuk melantik kepengurusan Perindo Riau.
Hanya, menurut Syarwan, tidak ada hubungan antara pengumuman kemunduran dari partai dan rencana Hary ke Pekanbaru.
"Ini cuma kebetulan saja karena kebetulan saya lagi di Pekanbaru. Besok saya juga ada acara di Kabupaten Meranti," kata Syarwan yang selama ini bermukim di Cimahi, Jawa Barat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.