MAGELANG, KOMPAS.com - Tokoh agama sekaligus budayawan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus mengingatkan para pejabat-pejabat Indonesia untuk lebih dekat dengan kesenian.
Sebab kesenian dapat menjadikan seseorang lebih lembut ditengah maraknya budaya saling "bully" saat ini.
Hal tersebut dituturkan Gus Mus saat menghadiri pembukaan pameran lukisan "The People In 70 Years" di OHD Museum Kota Magelang, Jawa Tengah, Selasa (4/11/2015) malam.
"Kesenian itu perlu sekali, apalagi sekarang hampir di media sosial kita temui macam-macam orang seperti apa. Bagaimana mereka berinteraksi dengan manusia lain, saling bertentangan, saling mem-bully, saling fitnah," ujar Gus Mus.
"Saya kira kalau seseorang dekat dengan kesenian, maka tidak akan seperti itu," ujarnya.
Gus Mus mengungkapkan kekagumannya terhadap presiden pertama RI, Soekarno, yang begitu mengapresiasi kesenian. Soekarno dinilai sebagai sosok pemimpin yang mau belajar kesenian dan mengenal baik dengan banyak seniman lukis Indonesia.
Rais Syuriah PBNU ini memandang seni budaya di Indonesia tidak pernah menjadi sesuatu hal yang penting, berbeda dengan dengan politik dan ekonomi yang selalu duduk menjadi 'panglima' di negara ini.
"Era presiden Soekarno 'panglimanya' politik, era Soeharto diganti 'panglimanya' ekonomi kapitalis, Soeharto lengser politik kembali jadi 'panglima'. Ini ndak kreatif, kenapa tidak budaya yang jadi 'panglima'?," tuturnya.
Lebih lanjut, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang ini mengatakan bahwa dunia seni rupa adalah dunia yang tidak pernah berubah meski waktu terus berjalan dan pelaku yang berbeda-beda.
Seni rupa 'istiqomah' dalam membela dan berpihak pada rakyat.
Sementara itu, dalam pameran lukisan yang bertajuk "Then People In 70 Years" itu sebanyak 150 karya seni rupa dari ratusan maestro seni rupa Indonesia dipamerkan. Misalnya, karya Affandi, S Sudjojono, Hendra Gunawan, Raden Saleh dan sebagainya.
Seluruh lukisan tersebut merupakan hasil koleksi Oei Hong Djien (OHD) yang diseleksi oleh kurator Jim Supangkat.
Mayoritas lukisan bertema tentang kemasyarakatan.
"Perkembangan seni rupa Indonesia sejak awal abad ke-20 sampai kontemporer, tema kemasyarkatan relatif tidak pernah hilang," kata Jim Supangkat.
"Hal ini tergambar dari pameran ini yang menunjukkan keeratan hubungan antara perkembangan seni rupa Indonesia dengan sejarah Indonesia," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.