Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pak Raden dan Negeri yang Tak Peduli

Kompas.com - 31/10/2015, 18:52 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Dari kegemarannya menonton film-film produk Walt Disney itulah, Suyadi mencintai dunia anak-anak sepanjang hidupnya. Karakter yang kuat dalam tiap tokoh Disney dinilai Suyadi amat luar biasa. Inilah yang kemudian mengilhami Suyadi membuat karakter-karakter nan kuat pada tiap tokoh yang ada pada film boneka Si Unyil.

Ada tokoh protagonis macam Si Unyil dan emaknya. Ada tokoh malas seperti Pak Ogah. Dan… tentu saja ada tokoh Pak Raden yang sombong, kikir, pemarah, feodal, dan terkena penyakit encok.

Menurut dia, dengan penokohan yang kuat pada sebuah lakon, tontonan itu tak membosankan. Ia pun lantas memberi contoh tokoh Cakil dalam seni pewayangan. Dia mengatakan, kendati tokoh Cakil itu jahat, buruk rupa, dan buruk budi, kemunculannya senantiasa dinanti banyak orang. Itulah soal Suyadi mengidolakan tokoh Cakil. Tak genap, kata dia, sebuah pertunjukan wayang tanpa kehadiran Cakil yang methakil (lincah).

Namun, Suyadi tentu saja tak selincah Cakil dalam gerak. Tetapi, soal kreativitas, ia mungkin sepadan dengan Cakil. Liar, nakal, dan penuh energi.

Sambil berjalan tertatih-tatih ia pun dengan garang memoleskan warna ke kanvas. Tak lama kemudian, ia pindah ke meja lainnya. Kini, tangannya lincah menggambar. Sambil menggambar, ia pun bercerita.

"Bangun Pak, mau kaya kok nggak mau kerja, malah tidur saja," kata Suyadi sambil menulis di bawah gambar yang baru selesai dibuatnya. "Apa? Kerja? Tak usah ya…" katanya lagi.

Lalu, Suyadi pun mengambil kertas kosong lainnya. Digambarinya lagi kertas itu dan diceritakannya kembali isi gambar sambil menulis kalimat di bawahnya.

Begitulah cara Suyadi menulis cerita. Ia menggambar dahulu sebelum menulis. Hasilnya adalah puluhan buku anak yang enak dibaca sekaligus enak dipandang. Seribu Kucing untuk Kakek, Pedagang Peci Kecurian, Gua Terlarang, Joko Kendil, dan Siapa Punya Kuali Panjang adalah di antara puluhan judul buku karya-karya Suyadi.

•••

Namun, kini Pak Raden telah pergi, membawa serta semua cerita bahagia dan duka. Bahagia lantaran dia adalah sahabat kanak-kanak sepanjang masa. Pedih karena negeri ini tak memberinya penghargaan yang layak.

Tentu kita masih ingat, saat beliau melakukan "protes keras" kepada pemerintah pada tahun 2012. Sebab, setelah lebih dari 30 tahun sejak Suyadi mencipta Unyil, hak cipta Unyil dan kawan-kawan dipegang PPFN melalui surat kontrak Nomor 139/P.PFN/XII/1995. Suyadi sama sekali tidak mendapatkan royalti dari setiap penggunaan karakter dalam serial Unyil. Suyadi hanya dibayar mengisi suara Pak Raden.

"Sebelum meninggal, saya ingin hak saya dikembalikan kepada saya," katanya dalam konferensi pers di kediamannya kala itu.

Dengan protesnya itu, Pak Raden berharap bisa menyadarkan para pegiat seni agar nasib seperti yang dialaminya tidak dirasakan oleh penerusnya. Surat perjanjian bertanda tangan tahun 1995 itu, menurut Pak Raden, memiliki jangka waktu kepemilikan hak cipta atas 11 karakter dalam serial Unyil. Namun, di surat perjanjian selanjutnya tidak lagi dicantumkan jangka waktu kepemilikan hak cipta.

Pak Raden pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa berjuang untuk hak cipta atas 11 karakter Unyil tersebut kepada Menteri BUMN waktu itu, Dahlan Iskan. Pertanyaannya, kenapa itu semua dilakukan sekarang? Dengan tenang, Pak Raden menjawab karena dia tidak lagi muda. Tidak seperti dulu ketika masih punya banyak sumber penghasilan. Kini, disiksa oleh encoknya, sulit baginya untuk bekerja seperti dulu lagi. "Saya tidak lagi bisa loncat ke sana loncat ke sini lagi," katanya.

Entahlah bagaimana kabar selanjutnya dari "protes" Pak Raden kala itu. Benar kata beliau, dia memang telah tua dan sakit-sakitan. Pada Jumat (30/10/2015) pukul 22.20 WIB, Pak Raden meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Barat, karena mengalami infeksi pada paru kanan.

Selamat jalan Pak Raden...

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com