Di Ruang Oval
Tawa terbahak-bahak semakin menjadi-jadi ketika dikisahkan kembali pertemuan Gus Dur dengan Presiden AS (waktu itu) Bill Clinton di Gedung Putih, Washington DC, Jumat, 12 November 1999.
Gus Dur tiba di Gedung Putih terlambat sekitar setengah jam dari jadwal yang ditentukan. Keterlambatan ini menjadi bahan pembicaraan tidak sedap para wartawan Gedung Putih.
Ketika itu, Gus Dur datang terlambat karena harus menerima para pemuda asal Aceh di Water Gate Hotel, Washington.
Namun, ketika Gus Dur tiba, para wartawan Gedung Putih berubah sikap. Mereka jadi riang gembira. "Great, great," kata seorang wartawan berambut pirang usia di atas 50 tahun itu.
Situasi semakin meriah ketika Gus Dur dan Clinton memberi keterangan pers di Ruang Oval. Suara tawa yang berderai-derai memenuhi ruang yang dihiasi deretan buku-buku tebal saat itu.
Jawaban Gus Dur atas pertanyaan mengenai masalah toleransi dan kehidupan antar-agama di Indonesia membuat para wartawan antusias untuk terus bertanya.
Gus Dur bicara langsung dalam bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, dan Belanda saat itu.
"Kerukunan beragama di Indonesia ini bisa saya ibaratkan olahraga sepak bola antara Kristen dan Islam," ujarnya.
Suasana waktu itu penuh dengan kenangan yang tidak terlupakan dan banyak pula catatan kritik yang tidak perlu ditulis di sini. (J Osdar)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Oktober 2015, di halaman 2 dengan judul "Kisah Perjalanan Gus Dur ke Amerika Serikat".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.