Tak berbeda
Sejumlah langkah DPR periode ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan DPR periode lalu. Pada satu tahun pertama setelah dilantik, DPR periode 2009-2014 juga banyak mengusulkan program kontroversial.
Pada awal 2010, DPR di bawah pimpinan Marzuki Alie merencanakan pembangunan gedung baru dengan anggaran Rp 1,8 triliun. Alasannya, Gedung Nusantara I yang dibangun tahun 1995 yang selama ini digunakan sebagai ruang kerja anggota DPR sudah tidak layak huni.
Tidak hanya itu, DPR juga mengusulkan dana aspirasi daerah pemilihan yang besarnya Rp 15 miliar per tahun untuk setiap anggota DPR. Namun, usulan itu tak terealisasi karena banyak protes dari masyarakat.
Gagal mendapatkan dana aspirasi, DPR merancang pembangunan rumah aspirasi di setiap daerah pemilihan. Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) saat itu menghitung kebutuhan dana untuk membangun rumah aspirasi, yakni Rp 209 miliar. BURT berdalih rumah aspirasi itu merupakan amanat Pasal 203 Peraturan Tata Tertib DPR 2010-2015. Namun, keinginan DPR itu juga mendapat penolakan masyarakat.
Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Sebastian Salang melihat ada kecenderungan pada tahun pertama, DPR lebih mementingkan diri sendiri. "Kemungkinan itu terkait dengan upaya mengembalikan biaya politik yang telah mereka keluarkan saat pemilu," katanya.
Selain itu, anggota DPR juga terkesan sengaja menggunakan tahun pertama mengajukan usulan-usulan kontroversial meski taruhannya adalah citra lembaga terpuruk. "Mereka berpikir masih ada empat tahun lagi untuk memulihkan citra. Toh, masyarakat mudah lupa dan mudah memaafkan," ujar Salang.
Namun, sejarah menunjukkan, selama ini kinerja DPR juga jarang menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan pada tahun kedua dan berikutnya. Bahkan, pada tahun keempat dan kelima dari masa tugasnya, sebagian besar anggota DPR sudah sibuk mempersiapkan diri menghadapi pemilu.
Waktu akan menunjukkan, apakah sejarah itu akan terulang di DPR periode 2014-2019. Satu hal yang pasti, kinerja DPR selama satu tahun terakhir telah memunculkan pertanyaan, sebenarnya mereka itu mewakili siapa? (ANITA YOSSIHARA)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Oktober 2015, di halaman 5 dengan judul "Mereka Mewakili Siapa?".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.