Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buleleng Festival, Membangun Cita Rasa Lokal

Kompas.com - 14/09/2015, 14:39 WIB
JAYADI (46), perajin kain tenun mastuli dari Desa Kalianget, Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, lega. Penjualan kain-kain mastuli berangsur membaik selama tiga kali mengikuti pameran di Buleleng Festival, agenda tahunan pada awal Agustus lalu. Harapannya, pameran ini bisa bertahan dan mengedukasi masyarakat untuk mencintai produk-produk lokal yang tak kalah indah dan menawan.

Buleleng Festival tercipta tiga tahun lalu. Peningkatan kesejahteraan masyarakat hingga menumbuhkan kecintaan terhadap produk-produk lokal menjadi tujuan utama agenda tahunan festival ini.

Sebagai perajin tenun tradisional, Jayadi mendapatkan manfaat dari Buleleng Festival. Selembar kain tenun mastuli asal desanya yang lama mati suri sejak kejayaannya tahun 1990-an, menuai rupiah. Perlahan-lahan kain terjual lembar demi lembar. Jayadi bersama perajin lainnya mulai semangat lagi. Motif-motifnya terus diperkaya. Selembar kain dihargai mulai Rp 400.000.

Pada pameran Buleleng Festival pertama tahun 2013, Jayadi hanya mampu menjual 12 lembar kain. Tahun kedua dan ketiga terus laris, penjualannya mencapai Rp 14 juta. Sebagian besar pembelian untuk mengisi butik-butik kebaya di Denpasar.

Kain tenun mastuli ini sekilas mirip kain tenun endek. Prosesnya memang sama. Perbedaannya pada benang pintalnya. Benang tenun endek biasanya memakai benang katun, sedangkan tenun mastuli memakai benang sutra.

Menurut Jayadi, pameran Buleleng Festival menjadikan pemerintah kabupaten peduli usaha kecil melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Buleleng. ”Kami pun mendapatkan pelatihan, bantuan peralatan, dan mendapatkan prioritas jika ada pameran-pameran,” ujarnya.

Buleleng merupakan kabupaten paling utara di Bali, sekitar 90 kilometer dari jantung Denpasar. Perekonomian kabupaten yang beribu kota di Singaraja ini memang jauh berbeda dengan Pulau Bali bagian selatan, seperti Denpasar, Badung, dan Gianyar yang lebih ingar-bingar dan modern.

Menggali potensi

Anggaran festival tahunan ini sepenuhnya ditanggung pemerintah setempat. Tahun pertama untuk tiga hari pelaksanaannya, pemerintah menganggarkan Rp 150 juta. Karena sambutan masyarakat membeludak, penyelenggaraan Buleleng Festival menjadi lima hari di tahun kedua dan ketiga, dengan masing-masing dana Rp 500 juta dan Rp 700 juta.

”Kami justru belum mengarah kepada tujuan mendatangkan wisatawan. Perbaikan kualitas terbaik dari putra-putri terbaik Buleleng menjadi sasarannya. Wisatawan asing ataupun lokal akan datang dengan sendirinya jika kualitas produk Buleleng Festival tak lagi diragukan,” kata Bupati Buleleng Agus Suradnyana.

Dia mengatakan, barometer keberhasilan Buleleng Festival justru terletak dari kenaikan omzet para perajin, penjual makanan, dan banyaknya penonton kesenian. Ini, lanjutnya, memberikan arti penting makin dicintainya produk khas Buleleng oleh masyarakatnya sendiri.

Karena itu, pelaksanaan festival ini tidak sekadar ingar-bingar panggung kesenian serta hebohnya pameran. Pemerintah Kabupaten Buleleng menjadikan festival sebagai ajang penggalian potensi masyarakat dan menginventarisasi potensi yang sempat ada lalu tergerus zaman.

Tahun kedua Buleleng Festival, penyelenggara berhasil menggali kembali perajin tenun Buleleng dan memunculkan sekitar 17 motif endek, termasuk mastuli yang sempat tenggelam. Selanjutnya, penggalian tersebut didokumentasikan dalam bentuk film pendek.

Tak hanya kain endek, pemerintah setempat menginventarisasi sekitar 90 makanan khas Buleleng. Makanan khas tersebut seperti belayag, sudang lepet, dan bubur mengguh. Dan jangan salah, menjelang petang hingga malam, saat festival ratusan masyarakat berdatangan dan berburu kulinernya. Seru.

Stan-stan pameran pun diminati. Ruang pamer kerajinan disediakan gratis oleh penyelenggara. Begitu pula banyaknya peminat menggelar makanan tradisional. Semuanya gratis disediakan penyelenggara.

Tahun pertama penyelenggaraan masih diisi 46 stan pameran. Selanjutnya animo masyarakat membuka gerai bertambah. Tahun ini menjadi 120 stan dari 80 stan di tahun kedua.

Hasilnya, festival yang tak diduga diminati masyarakat ini mampu membukukan sekitar Rp 1,5 miliar selama empat hari. Angka ini meningkat selama tiga tahun berturut-turut.

Pada festival perdana, Buleleng Festival membukukan sekitar Rp 500 juta. Selanjutnya Buleleng Festival kedua mencatat kisaran Rp 1,1 miliar.

Ketua Panitia Buleleng Festival yang juga Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Buleleng Gede Suyasa mengatakan, Buleleng Festival ini memang dibangun untuk menghidupkan suasana dan perekonomian Buleleng.

Jumlah kesenian yang tampil pun bertambah, dari 23 kelompok seni menjadi 82 kelompok seni. Meski memprioritaskan kesenian-kesenian tradisional, lanjut Suyasa, kesenian modern tetap mendapat tempat.

Menurut Suyasa, penting memberikan edukasi kepada masyarakat Buleleng agar tetap bangga rumah sendiri. Meski jauh dari ingar-bingar dan suasana modern di Bali bagian selatan seperti Denpasar dan Badung, Buleleng Festival ternyata mampu menyedot perhatian masyarakat lokal. Mereka pun menanti kehadirannya setiap tahun.

”Ya, kami rindu hiburan. Bulfest (Buleleng Festival) mampu memberikan keramaian, dari panggung hiburan, kerajinan hingga kulinernya. Asyik,” kata Komang Aryani. (Ayu Sulistyowati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rangkaian Acara Perayaan Tri Suci Waisak 2024 di Candi Borobudur

Rangkaian Acara Perayaan Tri Suci Waisak 2024 di Candi Borobudur

Travel Update
Tiket Masuk Tempat Wisata di Bantul Naik mulai 1 Mei 2024

Tiket Masuk Tempat Wisata di Bantul Naik mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Koto Kaciak: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Desa Wisata Koto Kaciak: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Tren Fitur Sandaran Kursi Pesawat Kelas Ekonomi di AS Akan Dihilangkan

Travel Update
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
10 Bandara Tersibuk di Dunia 2023, Banyak di AS

10 Bandara Tersibuk di Dunia 2023, Banyak di AS

Travel Update
Dubai Dilanda Badai, Penerbangan Ditunda dan Dialihkan

Dubai Dilanda Badai, Penerbangan Ditunda dan Dialihkan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com