Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi PAN Dinilai Berpotensi Bikin Gaduh di Parlemen dan Kabinet

Kompas.com - 04/09/2015, 16:15 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menyatakan bahwa sikap Partai Amanat Nasional (PAN) yang kini mendukung pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla berpotensi menimbulkan kegaduhan politik di tubuh parlemen. Tidak hanya di parlemen, potensi kegaduhan pun bisa muncul di internal pemerintah, dalam hal ini kabinet.

“PAN akan menimbulkan kegaduhan bila ada usaha untuk merevisi UU MD3 atau mengocok ulang pimpinan DPR. Selain itu juga jika mendorong reshuffle kabinet jilid dua,” ujar Arya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/9/2015).

Menurut Arya, PAN harus bersabar setidaknya hingga enam bulan ke depan untuk masuk ke kabinet. Salah satu bentuk kesabaran itu adalah dengan tidak mendesak presiden untuk melakukan reshuffle kabinet.

Arya menambahkan, dengan masuknya PAN ke barisan pendukung pemerintah akan muncul tantangan baru, yaitu potensi pergesekan di antara partai-partai politik dalam mempertahankan kursi di kabinet. Meski begitu, tawar menawar kursi menteri antara PAN dengan Jokowi diperkirakannya tetap akan terjadi.

Mengenai posisi PAN yang kini seolah “berdiri dua kaki”, Arya berkomentar bahwa hal tersebut hanyalah 'akrobat' politik untuk menyenangkan hati Koalisi Merah Putih (KMP). Dengan demikian, hubungan partai berlambang matahari biru dengan KMP tidak memburuk.

“Dari pernyataan elit-elit KMP sendiri sebenarnya PAN sudah tidak dianggap berada di KMP. Jadi untuk menyenangkan hati KMP, PAN bilang tetap di KMP,” ujar Arya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com