Pembangunannya dimulai oleh Hidayat Galeri di Yogyakarta pada November 2013, monumen tuntas dibangun akhir tahun lalu. Dibutuhkan biaya total sekitar Rp 2,2 miliar untuk membangun patung berikut pelataran di sekitar monumen.
Monumen kemudian diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dalam kunjungannya ke Saumlaki, Selasa (25/8). "Kita harus tetap ingat, Bung Karno adalah Bapak Bangsa, Proklamator kita, Presiden Pertama kita. Bung Karno harus senantiasa menjadi inspirasi," ujarnya.
Diharapkan jadi inspirasi
Bupati Maluku Tenggara Barat Bitzael S Temmar mengatakan, Soekarno memang sengaja diabadikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa Soekarno pernah datang ke Saumlaki. Di tengah kesibukannya memimpin negara, di tengah sulitnya menjangkau Saumlaki dari Jakarta karena posisinya terisolasi di ujung negeri, Soekarno tidak melupakan Saumlaki sebagai bagian penting Indonesia.
Mengabadikan Soekarno juga diharapkannya mampu menginspirasi masyarakat Maluku Tenggara Barat. Perjuangan Soekarno pantang menyerah melawan penjajah, begitu pula seha- rusnya masyarakat Maluku Tenggara Barat. Namun bukan lagi menghadapi penjajah, melainkan berjuang bersama memajukan negeri.
Inspirasi itu pula yang diharapkan Megawati Soekarnoputri, salah satu putri Soekarno, yang pesannya dibacakan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Komarudin Watubun, saat peresmian patung Soekarno.
"Hadirnya monumen Soekarno adalah wujud dari slogan beliau jasmerah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda, rakyat Saumlaki, Maluku, dan Indonesia. Sumber inspirasi ini yang harus tetap dipupuk, dirawat agar muncul Sokarno-Soekarno muda yang mampu menggemparkan dunia," tutur Megawati.
Seperti kata Bung Karno, dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi, "Ambillah inspirasi dari puncak kejayaan besar di masa lalu untuk berjalan dan berjuang, membanting tulang, dan bertempur. Bangsa yang hanya duduk termenung, menggembar-gemborkan sejarah leluhurnya, akan layu dengan sendirinya, akan mengecil, akan mengerut, dan akhirnya mati". (Frans Pati Herin/A Ponco Anggoro)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Agustus 2015, di halaman 5 dengan judul "Soekarno di Saumlaki, Sumber Inspirasi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.