Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangisan Gus Mus yang Menyadarkan

Kompas.com - 04/08/2015, 15:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Tak ada lagi kegaduhan di antara muktamirin. Tak seorang muktamirin pun yang berdiri sembari mengacungkan tangan, bersahutan meminta bicara. Semua duduk dengan tenang, diam. Bahkan angin pun seperti berhenti bergerak di tenda besar tempat Rapat Pleno Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama digelar di Alun-alun Jombang.

Semua menyimak dengan takzim saat Pejabat Sementara Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri berbicara di hadapan muktamirin, Senin (3/8).

KH Mustofa Bisri, yang akrab dipanggil Gus Mus, bersama kiai sepuh NU lainnya terpaksa turun tangan mengatasi kegaduhan muktamar, yang percikannya mulai terjadi sejak registrasi peserta pada Sabtu lalu.

Saat pemimpin sidang Slamet Effendy Yusuf memberi kesempatan Gus Mus bicara, keheningan menyeruak di antara muktamirin. Suara Gus Mus teduh tetapi tertahan.

"Ketika saya mengikuti persidangan-persidangan yang sudah lalu, (bicaranya terhenti sejenak) saya menangis karena NU yang selama ini dicitrakan sebagai organisasi keagamaan panutan, penuh dengan akhlakul karimah, yang sering mengkritik praktik-praktik tidak terpuji dari pihak-pihak lain, ternyata digambarkan dalam media massa begitu buruk," ujar Gus Mus.

Air mata Gus Mus tak tertahan lagi. Bicaranya bergetar menahan tangis. "Saya malu kepada Allah Ta'ala, malu kepada hadratusyaikh Kiai Haji Hasyim Asy'ari, malu kepada Kiai Abdul Wahab Hasbullah, malu kepada Kiai Bisri Syansuri, malu kepada Kiai Romli Tamin, dan pendahulu-pendahulu kita. Yang mengajarkan kita akhlakul rasul. Lebih menyakitkan lagi ketika pagi tadi saya disodori headline koran, muktamar NU gaduh," ujar Gus Mus tercekat menahan tangis.

Masih dengan berurai air mata, Gus Mus seperti pasrah menyerahkan semuanya kepada Allah. Muktamirin diajak bertawasul, mengirim doa. "La haula wala kuata illa bilah (Tiada daya dan upaya selain dari Allah). Saya mohon sekali lagi kita membaca surat fatihah dengan ikhlas. Kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad dengan mengharap syafaatnya. Kepada keluarga, sahabat-sahabat, tabiit tabiin, aulia dan ulama-ulama, khususnya ulama NU, dan terkhusus rais aam yang membuat saya di posisi seperti ini, (almarhum) Kiai Sahal Mahfudh," lanjut Gus Mus.

Suara bergetar Gus Mus membuat muktamirin tertunduk diam. Kali ini kalimatnya dia tujukan kepada semua peserta muktamar. "Kenapa beliau (KH Sahal Mahfudh) wafat sehingga saya harus memikul tanggung jawab sebesar ini. Maka, saya minta pinjam telinga Anda sekalian, sebagai pejabat sementara rais aam. Doakan ini adalah terakhir, menjabat jabatan yang tidak pantas untuk saya," katanya. Sebagian muktamirin bertakbir.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com