JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo memanggil Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (14/7/2015) siang. Presiden ingin membahas kembali modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik seluruh angkatan TNI.
"Ke depan kita tidak pakai pesawat yang sudah 30 tahun ke atas. Harus pensiunkan alutsista yang sudah 30 tahun, 40 tahun, ada yang 50 tahun. Sudah tidak usah dipakai lagi," ujar Ryamizard menjelaskan hasil pertemuannya dengan Presiden di Istana Kepresidenan.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu mengaku lupa jumlah alutsista yang harus dipesiunkan. Namun, dia menuturkan, alutsista yang sudah berumur tua tidak hanya berupa pesawat, tetapi juga alutsista lainnya yang dimiliki TNI Angkatan Udara.
"Kita mau ganti dengan pesawat yang lebih bagus lagi," ungkap Ryamizard.
Selain membahas soal modernisasi alutsista, Ryamizard menyatakan, dirinya juga melaporkan soal investigasi pesawat Hercules yang jatuh di Medan, beberapa waktu lalu. Proses investigasi untuk mengungkap penyebab kecelakaan pesawat buatan tahun 1961 itu hingga kini masih dilakukan TNI Angkatan Udara.
"Katanya 3 minggu atau satu bulan selesai," imbuh Ryamizard.
Terkait dengan modernisasi alutsista ini, Jokowi sempat menyatakan perlunya perubahan proses pengadaan. Dia menyatakan, tak boleh lagi ada hibah alutsista sehingga Indonesia harus membeli baru. (baca: Ketua Komisi I: Sudahlah, Stop Pembelian dan Hibah Pesawat Bekas)
Jokowi meminta agar pihak militer hingga kementerian bisa memanfaatkan industri strategis dalam negeri yang juga mampu memproduksi alutsista handal.
Presiden sebelumnya memutuskan untuk menambah anggaran pembelian dan pemeliharaan autsista sebesar Rp 120 triliun. Pemerintah memutuskan untuk tidak lagi menerima hibah alutsista dan memilih membeli alutsista baru. (baca: Jokowi Tambahkan Anggaran Alutsista Rp 120 Triliun dalam RAPBN 2016)