Oleh: ANDY RIZA HIDAYAT
KOMPAS - Presiden Joko Widodo tidak berbeda dengan warga negara lain. Dia membutuhkan teman bicara. Saat menghadapi persoalan serius kenegaraan, siapa yang diajak berbincang oleh Presiden? Begitu pun ketika situasi sedang santai, siapa sebenarnya teman ngobrol Presiden?
Selain pejabat formal, seperti menteri, yang karena tugasnya harus menjalin komunikasi dengan Presiden, Jokowi juga menjalin komunikasi intensif dengan sejumlah kalangan. Komunikasi itu dibangun untuk mencari pandangan lain terhadap suatu persoalan.
Orang pertama yang layak disebut sebagai sosok yang selama ini menjalin komunikasi intensif dengan Jokowi adalah Anggit Noegroho (50) yang kini menjabat sebagai sekretaris pribadi (sespri) Presiden.
Mantan jurnalis ini sudah menjadi teman Presiden sejak 2004 ketika Jokowi masih menjadi pengusaha mebel di Solo, Jawa Tengah. Awal pertemuan dengan Jokowi diawali dengan dering telepon Anggit yang saat itu membuka jasa sebagai konsultan komunikasi.
Pertemanan mereka kemudian berlanjut, seiring dengan karier politik Jokowi yang terus menanjak, mulai dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga kini menduduki kursi Presiden.
Kedekatan keduanya bisa bertahan lama, menurut Anggit, karena Jokowi tidak mudah percaya dengan orang lain. Anggit sadar, posisinya saat ini menjadi simpul masuk lobi dari banyak kepentingan.
Ketika Presiden dihadapkan pada persoalan atau beberapa pilihan, sebagian pihak berkepentingan melobi Anggit agar Presiden mengambil langkah menurut versi mereka. Mereka yang mendekati Anggit bisa datang dari partai politik, organisasi kemasyarakatan, dan utusan negara sahabat.
"Saya tidak mau jadi pintu lobi. Saya menjaga jarak yang sama dengan mereka semua," kata Anggit.
Di Kompleks Istana Kepresidenan, Anggit memiliki ruang yang berada di gedung perkantoran sisi timur Istana Negara. Rencana kunjungan Presiden ke sejumlah daerah ada di ruangan ini. Laporan awal tim pendahulu juga ada di ruang ini. Data pembanding di luar lembaga formal juga mengalir dari ruang tim sespri tersebut.
"Bapak (Jokowi) perlu data pembanding. Kami selalu mencari sendiri dengan tim kecil. Dengan demikian, Bapak memiliki bahan saat rapat kabinet," kata Anggit.
Selain di sela-sela kegiatan, interaksi Anggit dengan Presiden biasanya juga dilakukan seusai rangkaian kegiatan formal yang biasanya berlangsung di atas pukul 20.00. Saat pertemuan itu, selain membicarakan persoalan kenegaraan, Presiden juga kerap membicarakan hal lain, seperti teman-temannya semasa di Solo.
Anggit tidak menampik atau mengiyakan saat ditanya apakah materi pembicaraannya menjadi pertimbangan Presiden untuk mengambil keputusan penting?
Anggit mengakui, kedekatannya dengan Presiden sempat membuat dia canggung saat berada di lingkungan istana. Namun, lama-lama sejumlah pejabat istana dan negara mengetahui dengan sendirinya kondisi ini.
"Mereka sudah tahu dan tidak bisa mengingkari bahwa saya dekat dengan Bapak (Jokowi)," kata Anggit yang tidak pernah ingin ikut dalam rapat-rapat menteri.
Gazebo
Sejumlah pejabat pemerintah juga sering menjadi teman diskusi Presiden. Salah satu yang patut dicatat adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Di mata sebagian jurnalis istana, Pratikno terlihat sebagai menteri yang paling sering bertemu dengan Presiden. Hampir di setiap pertemuan, Pratikno mendampingi Presiden. Karena alasan itulah, para jurnalis selalu menunggu Pratikno keluar dari Istana.
Beberapa kali Pak Tik (panggilan akrab Pratikno) terlihat berbincang-bincang dengan Jokowi di gazebo yang menghadap taman di kompleks Istana Kepresidenan. Jika sudah di tempat itu, obrolan bisa panjang. Persoalan negara, tamu-tamu, atau kekonyolan peristiwa hari itu menjadi bahan obrolan.
Pak Tik mengaku kedekatannya dengan Presiden karena tuntutan tugas. "Tuntutan tugas saya mengharuskan bertemu dengan Presiden," katanya.
Wartawan
Keberadaan Anggit di lingkaran Presiden semakin menegaskan bahwa Jokowi dekat dengan kalangan jurnalis. Kebiasaan berkomunikasi dengan jurnalis sudah dibangun sejak dia menjabat sebagai Wali Kota Solo. Salah satu teman bicara Jokowi di Solo adalah wartawan kantor berita Antara yang memiliki nama sama dengan dirinya, Joko Widodo.
Ketika Jokowi pergi ke Solo, 24 Mei lalu, Presiden mengajak bicara Joko Widodo di sebuah rumah makan dalam situasi santai. Pembicaraan dengan pria yang biasa dipanggil Ampo itu menarik perhatian sejumlah wartawan. Sebagian melontarkan ungkapan, pertemuan antara pemilik nama Joko Widodo.
Presiden, ketika itu, menanyakan bagaimana situasi pemilihan kepala daerah yang akan digelar di Solo. Ampo menjelaskan situasi yang diketahuinya. Ampo juga menyampaikan analisis singkat terkait pilkada di kota itu. Obrolan itu sesekali diselingi ledakan tawa.
Hal serupa terjadi di Jakarta saat Presiden menjabat Gubernur DKI Jakarta. Beberapa jurnalis dari media cetak, televisi, dan online (daring) sering dijamu makan bersama Presiden. Dalam pertemuan itulah Jokowi mendengarkan kelakar jurnalis mulai dari hal yang serius hingga remeh-temeh.
Anggit mengistilahkan keragaman orang yang menjadi teman bicara Presiden dengan sebutan listening tour. Mereka itu yang sedikit banyak mewarnai Presiden dalam mengambil keputusan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.