JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Nasdem, Supiadin AS mengatakan, jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU di Medan menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Sudah saatnya pemerintah melakukan modernisasi terhadap alat utama sistem senjata TNI.
“Indonesia itu sebenarnya harus belajar dari pengalaman dan gunakanlah anggaran dari APBN untuk modernisasi alutsisa bukan dengan hibah dari negara lain,” kata Supiadin dalam keterangan yang diterima, Rabu (1/7/2015).
Ia menuturkan, bukan kali ini saja pesawat hibah mengalami kendala ketika dioperasikan. Pada April 2015 lalu, pesawat F-16 hibah dari Amerika Serikat terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma karena gagal lepas landas. Indonesia sebelumnya sepakat menerima 24 F-16 dari Amerika Serikat. (Baca: Sejarah dan Fakta tentang Hercules C-130 TNI AU)
"Namun, telah didatangkan lima unit, hanya dua yang berstatus serviceable dan laik operasi," kata mantan Pangdam Iskandar Muda itu.
Ia menambahkan, beruntung dalam kasus F-16 tidak ada korban jiwa. Namun, dalam kasus jatuhnya Hercules banyak korban tewas. (Baca: Ini Nama-nama Korban Hercules Jatuh yang Sudah Teridentifikasi DVI)
"Ini merupakan peringatan yang jelas bagi pemerintah untuk menghentikan hibah apapun untuk alutsista TNI," tandasnya. (Baca: Diduga, Pesawat Hercules Jatuh karena Kerusakan Mesin)
Hercules buatan Amerika Serikat tahun 1964 jatuh pada pukul 11.50, setelah 2 menit lepas landas di Pangkalan Udara Soewondo, Medan. Pesawat jatuh di Jalan Jamin Ginting. Semua kru dan penumpang, yang berjumlah 113 orang, diduga tewas.
101 penumpang yang ikut dalam penerbangan itu umumnya prajurit TNI dan keluarga TNI yang hendak ke Ranai, Natuna. Mereka naik dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Pekanbaru, Dumai, dan Medan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.