JAKARTA, KOMPAS.com - Saat menjadi Menteri Perdagangan 2000 lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah mengunjungi Afrika Selatan. Melalui kunjungannya tersebut, Kalla sempat mempromosikan batik di Afsel.
Ia membawa teman-teman pengusaha batik agar warisan budaya Indonesia itu bisa masuk pasaran Afsel.
"Pada 2000, sebagai Mendag, saya ke Afsel termasuk membawa teman-teman pengusaha batik. Kepada sesama Mendag Afsel, saya bilang, bisa enggak kita memperkenalkan batik," kata Kalla saat menyampaikan sambutannya dalam pembukaan Gelar Batik Nusantara 2015 di Jakarta Convention Center, Rabu (24/6/2015).
Kendati demikian, mempromosikan batik ke Afsel bukan perkara mudah. Kepada Kalla, Menteri Perdagangan Afsel ketika itu menyampaikan bahwa sulit bagi Indonesia untuk memperkenalkan batik di negara tersebut.
Padahal, mantan Presiden Afsel Nelson Mandela kerap mengenakan batik saat menghadiri forum-forum internasional. Kebiasaan Mandela mengenakan batik ini yang menjadi alasan pemerintah Afsel menilai sulit bagi batik Indonesia menembus pasar di negara tersebut.
Menurut Mendag Afsel ketika itu, batik dikenal sebagai pakaian khas Mandela sehingga masyarakat awam di Afsel merasa tidak ada batik yang bisa menyaingi pakaian Mandela.
"Di sini (Afsel), batik dikenal sebagai Mandela shirt. Lalu karena Mandela dianggap layaknya dewa di sana, batik dinilai susah laku karena tidak ada yang bisa menyaingi Mandela," tutur Kalla.
Ia juga menyampaikan bahwa Presiden kedua Soeharto kerap mengirimkan Mandela batik untuk dipakai. Setiap tahun, kata Kalla, Soeharto mengirimkan ke Afsel kurang lebih lima pakaian batik untuk Mandela.
Selain menceritakan pengalamannya dalam mempromosikan batik ke Afsel, Kalla mengingatkan generasi muda untuk menjaga batik yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia tersebut.
Wapres juga mengingat akan tantangan yang perlu dijawab dalam mengembangkan batik pada masa yang akan datang. Ia menilai penting untuk meningkatkan produktivitas batik mengingat batik sudah menjadi pakaian yang dikenakan sehari-hari.
Tantangan berikutnya dalam mengembangkan batik adalah melakukan inovasi agar batik bisa diterima semua kalangan. Diperlukan kreativitas agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain yang juga mengklaim memiliki batik khasnya sendiri.
Ia menyebut batik mempunyai sejarah yang panjang dalam kehidupan bangsa Indonesia. Inovasi batik, kata dia, sudah dimulai sejak berabad-abad lalu. Perkembangan batik dimulai dari Pulau Jawa, tetapi kini dikembangkan hampir di semua pulau di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.