Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenangan Petembak Indonesia di Australia Terus Bergema

Kompas.com - 05/06/2015, 18:18 WIB

"Mereka di awal seperti menganggap kita tidak ada, ya, menganggap kecil," katanya.

Namun, itu yang memicu kontingen Indonesia yang terdiri dari 14 petembak, 5 pelatih, dan 2 pendamping dari PT Pindad untuk menang.

Sersan Dua Misran, anggota Yonif Linud 328 yang meraih 7 emas dan 1 perunggu, peraih medali emas terbanyak di seluruh AASAM, mengatakan, kesulitan tertinggi dalam lomba itu adalah suhu yang rendah dan angin kencang 12 hingga 14 knot. Misran meraih tiga emas di AASAM 2013 dan empat emas pada AASAM 2014.

Walau demikian, dia mengatakan bangga karena bisa mendominasi lomba walau bersaing dengan prajurit dari negara-negara kuat, seperti AS, Australia, dan Inggris.

"Banyak kesulitan yang kami hadapi di sana, terutama suhu yang sangat dingin dan angin kencang. Namun, kami mampu menjaga konsentrasi dan menunjukkan kemampuan terbaik," tutur Misran.

Serda Juwadi yang meraih dua emas untuk cabang petembak jitu (sniper) mengatakan, sejak awal, dia percaya diri walau dari awal tahu kalau senapan accuracy weapon yang digunakannya kalah canggih dengan senjata para petembak dari negara-negara maju, seperti Australia, AS, dan Inggris.

"Mereka melihat sasaran di teropong masih terang, kita sudah kabur-kabur karena memang versi kita kalah baru," ujar Juwadi dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Dalam lomba, Juwadi harus menembak sasaran berjarak 200 meter hingga 1.200 meter. Sasaran bisa tiba-tiba muncul dalam berbagai bentuk, seperti lempengan, dan ia hanya mendapat kesempatan sekian detik untuk menembak dengan jitu. "Lokasi tanding sniper di alam bebas ada gunung dan hutannya juga," katanya.

Senjatanya sempat dicurigai

Kemenangan telak Indonesia sempat membuat Australia, Kanada, dan Inggris curiga dan meminta agar bisa memeriksa senjata-senjata yang digunakan Indonesia. Alasan panitia, senjata yang dipakai berbeda dengan yang ada di situs PT Pindad. Padahal, tidak ada ketentuan kalau senjata yang dibawa harus persis sama dengan yang ada di situs PT Pindad yang memang untuk pemasaran.

"Namun, Kepala Staf TNI AD menolak. Kalau mau diperiksa, harus semua negara. Masak Indonesia saja," kata Panglima Kostrad Letnan Jenderal Mulyono.

Kemenangan mutlak yang diraih tim Indonesia adalah buah dari latihan keras sekitar tiga bulan. Mereka diseleksi dari sekitar 80 petembak terbaik dari seluruh TNI AD. Mereka latihan fisik sampai mental serta berlatih di daerah Puncak dan Pengalengan agar bisa menyesuaikan dengan suhu di Australia.

Kepala Staf TNI AD Jenderal Gatot Nurmantyo berharap prestasi memborong 60 persen atau 30 medali dari total 50 medali emas harus jadi tradisi di TNI AD.

Yang membanggakan, tak hanya menang sekali, dari sembilan kali keikutsertaan, tim petembak TNI AD meraih juara umum sebanyak delapan kali berturut-turut dalam AASAM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com